Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok terorisme Jamaah Islamiyah (JI) tidak hanya memiliki perusahaan sawit, tetapi juga memiliki bisnis perhotelan di sejumlah tempat wisata di Indonesia.
Pengamat Terorisme Al-Chaidar mengungkapkan bisnis perhotelan tersebut sudah lama dibangun, tepatnya sejak 2007 hingga saat ini. Menurutnya, menjalankan bisnis perhotelan yang tidak berbau syariah atau penginapan umum, membuat JI bisa bertahan cukup lama dan membangun kekuatan ekonominya sampai saat ini.
"Jadi kelompok JI ini tidak hanya punya industri sawit, tetapi juga bisnis industri perhotelan dan itu berlokasi di sejumlah tempat wisata. Penginapan yang mereka bangun bukan yang syar'i, tetapi lebih ke penginapan umum," tuturnya kepada Bisnis, Sabtu (6/7/2019).
Selain bisnis perhotelan dan sawit, kelompok JI itu menurut Al-Chaidar juga memiliki beberapa pabrik obat herbal yang cukup besar di beberapa daerah, untuk didistribusikan ke kota-kota besar di Tanah Air.
"Mereka juga membangun pabrik-pabrik obat herbal untuk bertahan dan kini bisnisnya sudah mapan sekali ya," katanya.
Sebelumnya, Polri membeberkan alasan organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) bisa bertahan sejak dibekukan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 22 April 2008 lalu.
Baca Juga
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa kader organisasi eks pimpinan Abu Bakar Baasyir tersebut bisa bertahan hingga menggaji kadernya sebesar Rp10 juta-Rp15 juta per bulan karena JI memiliki perusahaan sawit cukup besar di wilayah Sumatera dan Kalimantan.