Bisnis.com, JAKARTA – China mencatatkan pembelian kedelai dengan jumlah terendah pada Mei, akibat terdampak penyebaran demam babi Afrika dan perang perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data resmi bea cukai China yang dirilis Senin (10/6/2019), China membeli 7,36 juta ton kedelai bulan lalu atau merosot 24 persen dari tahun sebelumya. Jumlah pembelian itu adalah yang terendah untuk bulan Mei sejak 2015.
Data yang sama menunjukkan impor kedelai dalam lima bulan pertama 2019 turun 12,2 persen year-on-year menjadi 31,75 juta ton. Di sisi lain, impor minyak nabati pada Mei mencapai 708.000 ton, tertinggi sejak Januari.
Penyebaran demam babi Afrika telah membebani permintaan untuk bahan pangan ternak. Pada saat yang sama, perang perdagangan dengan AS yang berlarut-larut menyebabkan China menghentikan pembelian kacang-kacangan asal AS.
“Pembelian menurun karena pabrik-pabrik pengolahan berhati-hati tentang permintaan untuk pakan ternak akibat demam babi,” terang Monica Tu, seorang analis di Shanghai JC Intelligence Co.
Sementara itu, meski telah memuat kargo kedelai AS yang dibeli awal tahun ini, China belum memesan kargo lagi sejak itu.
Menurut Xie Huilan, Analis portal industri www.cofeed.com, perusahaan-perusahaan China telah meningkatkan pembelian dari Amerika Selatan, dengan impor pada Juni terlihat mencapai 8,3 juta ton dan 9,5 juta ton untuk Juli.
Prospek impor kedelai China untuk tahun yang berakhir September dipangkas oleh Pusat Informasi Gandum dan Minyak Nasional China (CNGOIC) menjadi 84 juta ton.
Meski demikian, impor kedelai pada 2019-2020 kemungkinan akan naik menjadi 89 juta ton karena peternak membiakkan babi yang lebih gemuk, sehingga mungkin mendorong kenaikan permintaan untuk bungkil kedelai, menurut CNGOIC bulan lalu.