Bisnis.com, JAKARTA--Ketua Setara Institute mengungkapkan ada sejumlah kelompok radikal yang berupaya menjadi penumpang gelap dengan cara memberi dukungan tidak gratis kepada Paslon Pilpres 2019.
Ketua Setara Institute Hendardi mengemukakan hal tersebut diketahui saat terjadi penangkapan tersangka tindak pidana terorisme beberapa waktu lalu di Bekasi. Mereka berencana meledakkan bom untuk menanggapi hasil Pemilu 2019 di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Kelompok teroris ini telah menunggangi Pemilu 2019 untuk kepentingan mereka dengan cara memberi dukungan tidak gratis kepada kontestan serta menjadikan titik rawan yang ditimbulkan oleh fragmentasi elit untuk konsolidasi jaringan dan kekuatan," tutur Hendardi kepada Bisnis, Jumat (17/5/2019).
Hendardi juga membeberkan sepak terjang Ketua Umum GARIS Chep Hermawan yang meminjamkan mobil pribadinya kepada Capres Prabowo Subianto saat kampanye di Cianjur Jawa Barat. Hendardi menjelaskan bahwa Chep Hermawan pernah mengaku sebagai Presiden ISIS Regional dan ditangkap Polisi pada tahun 2014.
Selain itu, kelompok radikal yang diprediksi telah menjadi penumpang gelap adalah Jamaah Ansrut Daullah (JAD), Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) dan Jamaah Anshorut Syariah (JAS).
"Ini nyata-nyata mengindikasikan bahwa Pilpres itu telah ditumpangi penumpang gelap," katanya.
Baca Juga
Hendardi berpandangan narasi yang selama ini telah dibangun para elite politik dan pendukungnya untuk mendelegitimasi proses dan hasil Pilpres melalui reproduksi informasi hoaks, misinformasi dan disinformasi telah membuat sel tidur teroris mulai bangkit.
Hal itu, lanjut Hendardi, terbukti dari banyaknya teroris yang kini ditangkap Densus 88 Antiteror. Para tersangka teroris itu berencana melakukan aksi amaliyah pada saat pengumuman hasil pilpres 2019 di Kantor KPU.
"Sebaiknya elite politik dan publik ikut memelihara kondusivitas sosial-politik dengan cara menahan diri [dengan tidak] melakukan tindakan yang bisa meningkatkan kerawanan keamanan," ujar Hendardi.