Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintahan Amerika Serikat (AS) memberi waktu untuk China hingga sebulan ke depan untuk menyepakati komitmen perjanjian atau menghadapi kenaikan tarif terhadap seluruh produknya di AS.
Ancaman tersebut mengalir ketika negosiasi dagang antara AS dan China sedang berlangsung pada Jumat (10/5/2019), atau beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif kedua yakni 25 persen atas produk-produk China yang masuk AS.
Dalam rangkaian cuitan di twitternya, Trump sempat mengungkapkan bahwa negosiasi dengan China berjalan jujur dan konstruktif.
"Hubungan saya dengan Presiden Xi masih kuat dan diskusi mengenai hal ke depan sangat memungkinkan terjadi," ucapnya di akun twitternya.
Namun, berdasarkan sumber yang memiliki kedekatan dengan situasi ini, seperti dikutip Reuters, Sabtu (11/5/2019), diskusi lebih lanjut sangat mungkin terjadi. Tapi, belum ada rencana untuk negosiasi ini hingga saat ini.
Terkait dengan pengenaan tarif baru ini, perwakilan perdagangan AS Robert Lighthizer mengungkapkan pemerintah bakal merilis detil rencana tarif baru ini pada Senin (13/5/2019).
Baca Juga
Media massa Pemerintahan China merilis pernyataan resmi mengenai adanya ketidaksepahaman pada negosiasi yang melibatkan China dan AS.
Agensi berita Xinhua pada Sabtu (11/5/2018), menyatakan kedua pihak masih berbeda pendapat terkait untuj menghapus semua tarif atau tidak sebagai bagian dari negosiasi. Poin kedua yang mengganjal adalah berapa banyak jumlah pembelian yang dilakukan oleh China untuk menyeimbangkan neraca perdagangan.
Poin ketiga yang dibicarakan adalah pandangan dari China bahwa keputusam tersebut tidak adil dan merusak keadilan China.