Bisnis.com, JAKARTA - Ada kesamaan nasib yang dialami calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Sandiaga Uno pada pemilu 2019.
Kesamaan itu terlihat dari perolehan sementara suara pemilu 2019 hingga Selasa (30/4/2019). Dalam data sementara pemindaian formulir C1 yang diunggah ke Sistem Informasi Penghitungan (Situng), Ma'ruf dan Sandiaga sama-sama menelan kekalahan di kampung halamannya.
Ma'ruf dikenal sebagai tokoh kelahiran Tangerang, 76 tahun silam. Dia juga kerap mengungkit statusnya sebagai keturunan Banten saat berkampanye di pemilu 2019.
Sayang, statusnya sebagai putra Banten tak berdampak positif pada raihan suara Ma'ruf dan Jokowi di Banten. Hingga berita ini ditulis, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di Banten ada di angka 38,57 persen sementara Prabowo-Sandiaga 61,43 persen.
Pasangan nomor urut 01 itu terdata sementara kalah di 7 dari 8 kabupaten/kota di Banten. Kemenangan hanya diraih Jokowi-Ma'ruf di Kota Tangerang Selatan.
Kekalahan serupa juga dialami Sandiaga Uno di Gorontalo. Meski berstatus keturunan Gorontalo yang menyandang marga Uno, Sandiaga bersama Prabowo sementara ini kalah di provinsi tersebut.
Baca Juga
Perolehan suara Prabowo-Sandiaga hingga saat mencapai 48,38 persen atau di bawah raihan Jokowi-Ma'ruf sebanyak 51,62 persen. Pasangan nomor urut 02 itu kalah di 3 kabupaten/kota di Gorontalo, dan menang di 3 daerah lainnya.
Perolehan suara Ma'ruf dan Sandiaga bersama pasangan di pilpres pada kampung halaman masing-masing memang belum final. Akan tetapi, prediksi kekalahan mereka di dua provinsi itu sudah dikeluarkan juga oleh sejumlah lembaga survei.
LSI Denny JA dalam hasil hitung cepatnya memprediksi Jokowi-Ma'ruf akan menelan kekalahan di Banten dengan elektabilitas 40,75 persen. Sementara, Prabowo-Sandiaga diprediksi kalah di Gorontalo karena mendapat 47,59 persen suara.
Lembaga Indikator Politik juga memprediksi Jokowi-Ma'ruf kalah di Banten dengan raihan 37,22 persen suara, dan Prabowo-Sandiaga diprediksi kalah di Gorontalo dengan raihan 46,48 persen.
Namun, Indikator Politik dalam keterangannya menyebut bahwa selisih suara kandidat di hitung cepat di 10 provinsi, termasuk Gorontalo, tidak signifikan. Karena itu, hasil hitung cepat di daerah-daerah itu tak bisa dijadikan pegangan untuk melihat hasil akhir pemilu 2019.