Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Makin Banyak Perusahaan Asing Tutup Pabrik di China

Makin banyak perusahaan asing menutup pabriknya di China. Upah buruh yang naik dan pesanan yang rendah jadi pemicu.
Pejalan kaki tengah berjalan di proyek konstruksi China/Reuters
Pejalan kaki tengah berjalan di proyek konstruksi China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Pabrik China merumahkan lebih banyak karyawan pada Maret dengan sub-indeks ketenagakerjaan naik menjadi 47,6 dari 47,5 pada Februari.

Di tengah meningkatnya upah tenaga kerja dan penjualan yang melemah, semakin banyak perusahaan asing di China yang memutuskan untuk menutup pabrik mereka dalam beberapa bulan terakhir. Perusahaan-perusahaan itu mulai dari produsen mobil hingga barang elektronik. 

Penutupan pabrik ini memicu peningkatan potensi  pemutusan hubungan kerja.

Tingkat pengagguran China pada Februari naik menjadi 5,3%, mendekati level tertinggi selama dua tahun terakhir.

"Sony Corp akan menutup pabrik telepon pintar [smartphone] dan akan menghentikan produksi pada akhir bulan Maret. Sementara itu Samsung Electronics telah menghentikan operasinya di salah satu pabrik ponsel mereka di China tahun lalu," demikian dilansir melalui Reuters, Minggu (31/3/2019).

Suvei PMI China menunjukkan produsen kecil dan menengah bernasib lebih buruk dari perusahaan besar, yang banyak dikendalikan oleh negara, meskipun aktivitas produksi mereka mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya.

Ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk menyalurkan pembiayaan yang terjangkau ke sektor swasta secara bertahap mulai menunjukkan hasil.

Para pembuat kebijakan telah mengakui bahwa ekonomi China saat ini berada di bawah tekanan.

Program tahunan yang dilakukan pemerintah untung mengekang risiko utang dan polusi telah menghalangi investasi baru, sementara perang dagang dengan Amerika Serikat telah merugikan eskpor China, bahkan mengancam pasar tenaga kerja.

Sebagai tanggapan, Beijing berencana mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk kebutuhan pembangunan jalan, jalur kereta api dan pelabuhan, bersamaan dengan alokasi sekitar 2 triliun yuan atau sebesar US$297,27 miliar untuk pemotongan pajak dalam rangka mengurangi beban pengusaha.

Beberapa analis percaya stimulus pemerintah tersebut baru akan efektif pada pertengahan tahun. Data sebelumnya menunjukkan bahwa keuntungan industri China turun 14 persen, ini merupakan penurunan terdalam sejak 2011.

Pertumbuhan industri jasa China, yang mencakup lebih dari separuh perekonomian, meningkat pada bulan Maret karena permintaan baru naik lebih cepat. Indeks Pembelian Manajer (PMI) non-manufaktur resmi naik menjadi 54,8 dari 54,3.

Kegiatan konstruksi mengalami sedikit perubahan pada Maret karena pergantian musim ke cuaca yang lebih hangat. Kegiatan konstruksi berada pada level 61,7 di bulan Maret, naik dari 59,2 di bulan Februari.

Biro Statistik Nasional China merilis Indeks Manajer Pembelian (PMI) China resmi naik menjadi 50,5 pada Maret dari level terendah selama tiga tahun pada Februari di level 49,2.

Analis yang disurvei Reuters memperkirakan ukuran manufaktur akan naik sedikit menjadi 49,5, karena pabrik meningkatkan produksinya setelah liburan Tahun Baru Imlek dan membangun kembali inventaris menjelang peningkatan musiman dalam aktivitas di musim semi.

Output pabrik tumbuh pada laju tercepat dalam enam bulan di bulan Maret, membalikkan kontraksi singkat di bulan sebelumnya. Data pada indikator ini naik menjadi 52,7 dari 49,5 Februari, level tertinggi terlihat sejak September 2018.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper