Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Dagang AS & India Ganggu Kepentingan Politik India

Upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menekan perdagangan dengan India dapat diartikan sebagai "serangan" terhadap pasar potensial di selatan Asia.
Presiden Joko Widodo menyambut kedatangan Perdana Menteri India Narendra Modi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (30/5/2018)./JIBI-Amanda Kusumawardhani
Presiden Joko Widodo menyambut kedatangan Perdana Menteri India Narendra Modi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (30/5/2018)./JIBI-Amanda Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menekan perdagangan dengan India dapat diartikan sebagai "serangan" terhadap pasar potensial di selatan Asia.

Sayangnya, waktu yang kurang tepat justru dikhawatirkan akan memicu konflik kepentingan politik.

Trump, melalui surat pemberitahuan kepada Kongres, secara resmi mengumumkan rencana untuk menghapus India dari dafyar penerima manfaat dagang melalui program Generalized System of Preferences (GSP).

Kebijakan ini akan berdampak pada ekspor India ke AS senilai US$57 miliar.

Jika dilihat secara kasat mata, kebijakan ini hanya akan mempengaruhi sebagian kecil dari kegiatan dagang India. Namun, keputusan Trump datang hanya beberapa pekan sebelum pemilihan umum India berlangsung pada April mendatang.

Pada saat yang sama, Perdana Menteri India Narendra Modi tengah memperketat kekuatan militer mereka pasca ketegangan yang mencuat dengan Pakistan.

Baik Trump dan Modi kemungkinan berharap untuk memisahkan masalah perdagangan dari ikatan geopolitik mereka karena kedua negara memposisikan diri mereka di Asia melawan China.

Meski demikian, bahkan dengan mengasumsikan aliansi strategis terkait Dialog Keamanan Segirilateral antara AS, India, Jepang, dan Australia, dua negara demokrasi terbesar di dunia ini mungkin masih akan menghadapi pergolakan.

"Bahkan jika Modi tidak ingin memicu ketegangan, India percaya bahwa Amerika membutuhkan dirinya untuk menyeimbangkan Cina," kata Harsh Pant, seorang profesor hubungan internasional di King's College London, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (7/3/2019).

Menurut John Blaxland, Kepala Strategic and Defense Studies Center di Universitas Nasional Australia, menyeret India ke dalam perang dagang akan memberikan efek negatif pada pandangan Modi tentang AS dan sejalan dengan pola politik Trump yang terlalu fokus pada masalah perdagangan dibandingkan dengan masalah lain strategis dengan skala yang lebih besar.

Sungguh luar biasa bagaimana Trump berhasil memisahkan perdagangan dari geopolitik, ketika di dunia nyata mereka terkait erat," kata Blaxland.

Selain dengan India, Trump telah mendesak pembaharuan kesepakatan dagang dengan sejumlah negara sekutu lain terutama Jerman Uni Eropa dan Korea Selatan sambil mempertahankan hubungan keamanan.

Tetapi aliansi AS-India memiliki fondasi yang jauh lebih rapuh, membuat dampak dari penghapusan konsesi perdagangan preferensial tidak akan memberikan dampak kerugian yang signifikan.

Apalagi dengan semakin dekatnya masa pemilu India, keputusan Trump dapat mempengaruhi suasana kampanye politik domestik yang sensitif.

"Dengan pemilihan hanya dalam beberapa bulan, saya tidak berpikir pemerintah India ingin terlihat tunduk pada tekanan Amerika," ujar Pant.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper