Bisnis.com, JAKARTA – China berencana memperdalam "kepercayaan strategis" dengan Iran, ungkap diplomat tingkat tinggi pemerintah China kepada menteri luar negeri Iran pada Selasa, (19/2/2019).
Hal ini diungkapkan beberapa hari sebelum putra mahkota Arab Saudi mengunjungi Beijing, menggarisbawahi sulitnya upaya penyeimbangan Timur Tengah di China.
China sudah sejak lama memiliki peran yang terbatas dalam konflik atau diplomasi di Timur Tengah. Meskipun China mengandalkan minyak, tetapi negara itu berusaha meningkatkan profilnya, terutama di dunia Arab.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis mengunjungi Beijing pada tahun 2017, dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman akan tiba di China akhir pekan ini.
Namun, China harus berjalan sesuai aturan, karena juga memiliki hubungan dekat dengan musuh Arab Saudi, Iran.
Bertemu Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, di sebuah wisma di Beijing, Anggota Dewan Negara China Wang Yi mengatakan ia telah menyaksikan pidato Zarif pada hari Minggu di Konferensi Keamanan Munich, di mana ia menuduh Israel menginisiasi perang.
"Saya melihat di televisi bagaimana Anda membela hak-hak Iran dengan keras dan jelas di Konferensi Keamanan Munich. Saya pikir audiensi ratusan juta orang China juga menyaksikan apa yang Anda katakan dan Anda adalah orang terkenal sekarang," kata Wang, seperti dikutip Reuters.
"Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk melakukan komunikasi strategis dan mendalam ini dengan teman lama saya untuk memperdalam kepercayaan antara kedua negara kami dan untuk memastikan kemajuan dari kemitraan bilateral yang komprehensif dan strategis," katanya.
Zarif berada di Beijing untuk menemani satu delegasi yang termasuk ketua parlemen Iran, Ali Larijani, dan Menteri Perminyakan Bijan Zanganeh. Iran adalah pemasok minyak terbesar keempat China tahun lalu.
"Hubungan dengan China sangat berharga bagi kami. Kami menganggap kemitraan strategis yang komprehensif antara Iran dan China sebagai salah satu hubungan yang paling penting," kata Zarif.