Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tanggapi #JokowiBohongLagi, TKN Usul Debat Capres III Boleh Tampilkan Data

Selepas Debat Capres II terselenggara, capres petahana Joko Widodo kembali dihujani kritik akibat beberapa kali keliru menyebutkan data, salah satunya lewat tagar #JokowiBohongLagi yang kini menjadi trending topic di Twitter.
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) disaksikan Ketua KPU Arief Budiman (tengah) bersiap mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) disaksikan Ketua KPU Arief Budiman (tengah) bersiap mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Selepas Debat Capres II terselenggara, capres petahana Joko Widodo kembali dihujani kritik akibat beberapa kali keliru menyebutkan data, salah satunya lewat tagar #JokowiBohongLagi yang kini menjadi trending topic di Twitter.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong mengakui bahwa risiko data keliru apabila disebutkan lewat lisan memang besar kemungkinannya.

Tetapi dirinya menjamin bahwa data yang telah disebutkan oleh Jokowi, atau diolah oleh TKN Jokowi-Ma'ruf terutama dari tim konten atau materi, merupakan data yang valid dan resmi dari kementerian terkait.

"Yang lebih penting buat kita adalah substansi, kalau data seperti yang disampaikan tadi kan bisa berbeda-beda, tapi substansi yang ingin disampaikan pak Jokowi itu adalah bahwa sudah banyak kemajuan yang dicapai dalam arti pengurangan impor jagung misalnya, begitu," ungkap Usman kepada Bisnis.com, Senin (18/2/2019).

"Apalagi pak Jokowi itu, lihat saja, tidak menggunakan dalam bahasa kasar atau tanda petik, contekan, dia kan mengatakan di luar kepala dia begitu," tambahnya.

Usman menjelaskan bahwa walaupun data yang disebutkan sedikit melenceng, tetapi ketika bicara substansi, pihaknya yakin tidak akan mengungkapkan kebohongan.

"Ibarat tinju itu [substansi data] mungkin nggak sampai KO itu pukulan, tapi menang angka, begitu. Karena kenapa? Pukulannya tetap masuk, cuma nggak bikin KO, jadi tetap substansinya yang ingin disampaikan pak Jokowi adalah ada kemajuan, dalam arti ada pengurangan jumlah impor jagung, maupun beras, misal," jelasnya.

Usman menjelaskan beberapa contoh, di antaranya untuk data impor jagung, angka 180.000 ton memang berbeda jauh dari BPS, tetapi ternyata yang dimaksud Jokowi yaitu jagung untuk pakan ternak dari Kementerian Pertanian.

Kemudian, panjang jalan yang dipermasalahkan warganet, ternyata telah sesuai dengan pengajuan peruntukan Dana Desa soal membangun jalan, bukan membuka jalan.

Selain itu, terkait gugatan Rp18,9 triliun untuk 11 perusahaan perusak lingkungan, nilainya benar dan perusahaan tersebut telah divonis. Walaupun belum ada proses penyitaan atau uang belum bisa diambil, sebab proses kasasi atau banding masih berjalan.

Terakhir, soal tidak adanya kebakaran hutan, Usman menjelaskan yang dimaksud yaitu kebakaran hutan besar yang menyebabkan polusi berat di bawah tahun 2015.

Atas dasar itulah, TKN Jokowi-Ma'ruf mengungkap bahwa pihaknya akan mengusulkan teknis acara di debat berikutnya, agar KPU memperbolehkan memampangkan data di layar.

"Kalau kita bicara saja, memang kadang-kadang kita mungkin salah menyebut. Namanya angka, angka itu kan susah diingat. Makanya dia dipaparkan. Bukan cuma sumbernya, saya bilang pampangin itu data grafiknya, begitu," ungkap Usman.

"Dari pada cuma ngomong doang, mendingan pampangkan. Daripada video [segmen 4 Debat Capres II], setelah video ada pertanyaan lagi. Lebih bagus pempangin data saja, pakai grafik, tinggal diatur teknisnya aja kayak kita presentasi di seminar-seminar," tambahnya.

Usman menilai hal ini akan lebih efektif daripada menyebutkan data, walaupun misalnya telah diucapkan seterang mungkin dengan sumber atau tahun diterbitkannya data tersebut. "Paparkan saja data di situ [layar LED besar] dari kedua belah pihak, misalnya," ungkapnya.

"Bisa itu, malah lebih jelas. Karena data itu, kalau di dunia media, misal televisi, itu kalau data bukan dibacain, tapi dipampangkan dalam grafik, sama dengan koran. Karena nanti kan setelah grafik pasti ada sumber, itu lebih bagus seperti itu," tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper