Bisnis.com, JAKARTA - Penduduk Muslim di Filipina Selatan memberikan suara pada Senin (21/1/2019) dalam sebuah referendum yang akan menentukan otonomi daerah tersebut. Referendum ini adalah bagian dari usaha menciptakan perdamaian di wilayah yang didera konflik, ekstremisme, dan kemiskinan selama bertahun-tahun itu.
Sekitar 2,8 juta orang di Mindanao ditanyai apakah mereka mendukung rencana kelompok separatis dan pemerintah Filipina untuk membentutk suatu kawasan otonomi khusus bernama 'Bangsamoro' yang berarti 'negeri bagi orang Moro', merujuk pada sebutan yang diberikan Spanyol pada masa penjajahan kepada kelompok Muslim di Mindanao.
Hasil 'ya' diperkirakan akan keluar mewakili mayoritas suara yang berarti kawasan Mindanao akan memperoleh hak atas kekuasaan eksekutif, legislatif, dan fiskal.
Pemerintah pusat akan tetap memegang kendali terhadap pertahanan, keamanan, kebijakan luar negeri, dan moneter. Pemerintah juga akan membentuk otoritas transisi yang dijalankan oleh Fron Pembebasan Islam Moro (MILF), kelompok separatis yang diramalkan akan mendominasi Mindanao setelah pemilihan umum 2020.
"Kami yakin suara 'ya' akan menang," kata pemimpin MILF, Murad Ebrahim kepada CNN Filipina sebagaimana diberitakan Reuters, Senin (21/1/2019).
"Jika tidak ada manipulasi, intimidasi, dukungan akan mengalir," tambahnya.
Hasil dari referendum rencananya diumumkan pada Jumat (25/1/2019). Pekan lalu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mendorong para pemilih untuk mendukung referendum dan menunjukkan bahwa mereka menginginkan perdamaian, pembangunan, dan kepemimpinan lokal yang "benar-benar mewakili dan memahami kebutuhan penduduk Muslim."
MILF dan pemerintah berharap kehadiran otonomi akan mendorong investasi pada infrastuktur dan sumber daya alam, memperluas ekspor buah dan nikel, dan memacu pengembangan industri minyak kelapa sawit.
Wilayah Mindanao telah berstatus darurat militer sejak 2017. Salah satu pemicunya adalah pendudukan Kota Marawi oleh para pemberontak pendukung Negara Islam. Pendudukan itu memicu operasi militer selama 5 bulan dan serangan udara untuk mengalahkan kelompok pemberontak.
Terlepas dari konflik panjang yang terjadi di Mindanao, daerah bependuduk mayoritas Muslim itu telah memperlihatkan potensi yang menjanjikan. Perekonomian Mindanao tumbuh dengan rekor 7,3% pada tahun 2017, angka tersebut menjadikan Mindanao sebagai wilayah dengan pertumbuhan tercepat kelima dan mengalahkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,7%.
Deposit mineral Mindanao diperkirakan bernilai lebih dari US $ 300 miliar atau sekitar 40% dari total cadangan mineral Filipina menurut perkiraan pemerintah. Namun, sejauh ini perekonomian Mindanao tetap bergantung pada pertanian, dan hanya berkontribusi 1% persen terhadap total output negara.