Bisnis.com—JAKARTA, Peristiwa government shutdown di pemerintahan AS diperkirakan dapat memangkas pertumbuhan lapangan kerja hingga 500.000 pekerjaan pada Januari 2019.
Ekonom senior Societe Generale Omair Sharif mengatakan, penurunan lapangan kerja tersebut akan membuat tingkat pengangguran naik di atas 4% pada Januari. Potensi tersebut dapat mereda apabila kebuntuan di Washington berakhir pada Jumat pekan depan.
“Jadi, jika pemerintahan tetap ditutup melewati 19 Januari, maka pekerja federal yang cuti tidak akan menerima bayaran. Artinya sekitar 500.000-600.000 tenaga kerja akan mendapatkan penurunan besar gaji utamanya, Apabila penutupan berlanjut, maka tenaga kerja itu akan dianggap sebaga pengangguran dalam survei data nonfarm payrolls pemerintah AS,” ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu(12/1/2018).
Fenomena itu bisa menghasilkan penurunan bulanan pertama dalam data pertumbuhan lapangan kerja sejak September 2010. Padahal data pertumbuhan ekonomi AS yang positif pada Desember 2018, berhasil menciptaka 312.000 lapangan pekerjaan baru pada bulan yang sama.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump menuntut Kongres AS untuk memberinya dana US$5,7 miliar tahun ini guna membiaya pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko. Namun, Kongres AS masih menahan rencana tersebut sehingga menciptakan government shutdown.
Peristiwa government shutdown ini juga membuat para ekonom khawatir, akan merusak tingkat kepercayaan pebisnis dan konsumen, sehingga memangkas konsumsi masyarakat.
Presiden The Fed untuk wilayah Richmond Thomas Barkin mengatakan government shutdown telah membuat Kementerian Perdagangan AS menunda rilis data perdagangan nasional untuk November 2018. Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu laporan ekonomi yang dirilis secara rutin oleh The Fed.
JPMorgan juga memperkirakan government shutdown akan memangkas 0,1-0,2 persentase poin tehadap pertumbuhan ekonomi triwulanan AS.