Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Kesehatan memastikan ketersediaan obat Antiretroviral (ARV) untuk penderita HIV/ AIDS (ODHA) masih mencukupi meski pada 2018 gagal lelang.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Engko Sosialine Magdalene mengakui lelang pengadaan obat ARV jenis Fixed Dose Combination (FDC) pada 2018 gagal. Namun demikian, dia memastikan ketersediaan ARV masih mencukupi.
"Jangan khawatir ketersediaan sudah kami antisipasi. Yang gagal lelang itu yang FDC jadi bisa gunakan alternatif (dosis) lepasan. Kami juga sudah impor pakai Global Fund sehingga persediaan obat cukup untuk 10 bulan ke depan," ujar Engko di Kantor Kementerian Kesehatan, Kamis (10/1/2019).
Dia pun menuturkan, ketersediaan FDC masih cukup untuk 4 bulan ke depan. Selama 4 bulan pasien masih dapat bertahan menggunakan FDC yang kemudian dilanjutkan dengan alternatif menggunakan ARV dosis lepasan atau tunggal selama 6 bulan.
Sementara itu, Engko menyebutkan pengadaan ARV melalui katalog sudah bisa dilakukan pada triwulan pertama tahun ini. Sehingga ketersediaan ARV tidak menjadi masalah.
"Untuk 2019 bentar lagi berproses untuk usulkan masuk katalog. Trimester pertama 2019 bisa kita udah lakukan pengadaan secara katalog kan nggak masalah berarti," katanya.
"Ketersediaan sudah kami antisipasi termasuk adanya tambahan pasien."
Adapun obat ARV disediakan secara cuma-cuma oleh Pemerintah. Kandungan dalam obat ARV mampu menekan jumlah virus HIV di dalam darah sehingga kekebalan tubuhnya (CD4) tetap terjaga.