Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Video WNI Sandera Abu Sayyaf Minta Tolong: Kemlu Upayakan Pembebasan

Kementerian Luar Negeri membenarkan sosok yang meminta tolong dalam video yang beredar di Malaysia adalah salah satu WNI sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan
Ilustrasi: Menlu Retno Marsudi (kiri) berjalan bersama empat ABK korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf saat tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (13/5)./Antara-M Agung Rajasa
Ilustrasi: Menlu Retno Marsudi (kiri) berjalan bersama empat ABK korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf saat tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (13/5)./Antara-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri membenarkan sosok yang meminta tolong dalam video yang beredar di Malaysia adalah salah satu WNI sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan.

Sebagaimana diberitakan oleh media Malaysia The Star Online pada Jumat (4/1/2019), pria dalam video tersebut tampak berlutut di dalam lubang meminta pertolongan supaya dibebaskan. Di sekelilingnya terdapat dua pria yang menodongkan senjata laras panjang ke arahnya.

Pria dalam video tersebut diidentifikasi sebagai Samsul Sangunim. Ia adalah salah satu WNI yang ditahan oleh kelompok Abu Sayyaf di Pulau Gaya, Samporna, Malaysia pada 11 September 2018 lalu.

WNI lainnya atas nama Usman Yunus, berhasil melarikan diri pada 5 Desember dan kembali ke keluarganya.

"Sejak penyanderaan WNI pertama kalinya pada 2016, penyebaran video semacam ini sudah beberapa kali dilakukan oleh penyandera," kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Lalu Muhammad Iqbal dalam pesan yang diterima Bisnis, Minggu (6/1/2019).

Satu sumber di Filipina menyebutkan video tersebut dikirim oleh penyandera untuk meminta tebusan langsung dari pemilik kapal atau keluarga.

Media Filipina menyebutkan kelompok Abu Sayyaf meminta uang sejumlah 4 juta peso (Rp1 miliar) sebagai tebusan pembebasan Samsul dan Usman.

Menyusul beredarnya video tersebut, Iqbal menyatakan Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya-upaya pembebasan terhadap 3 WNI yang saat ini masih disandera di Filipina Selatan dengan menggunakan seluruh aset yang dimiliki Indonesia di Filipina.

"Dalam proses tersebut, keselamatan sandera menjadi perhatian utama," sambung Iqbal.

Sejak 2016 hingga November 2018, tercatat 36 WNI menjadi korban penculikan dan penyanderaan di Filipina Selatan.

Dari jumlah tersebut 33 di antaranya berhasil dibebaskan sementara 3 lainnya masih disandera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper