Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin: Agama Penting Dalam Berpolitik

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai bahwa membawa sisi keagamaan dalam berpolitik merupakan hal yang penting.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin/ANTARA-M Agung Rajasa
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin/ANTARA-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai bahwa membawa sisi keagamaan dalam berpolitik merupakan hal yang penting.

Hal itu di sampaikan Lukman saat mengisi Dialog Agama dan Kebangsaan yang digelar Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Utara di Tanjung Selor,  Rabu (26/12/2018).

"Sisi dalam agama wajib dibawa ke ranah politik. Itu harus diperjuangkan dalam ranah politik," kata Lukman, dikutip dari laman resmi kemenag.go.id, Kamis (27/12/2018).

Agama, ujar Menag, memiliki dua sisi, yakni sisi luar (eksoterik) dan sisi dalam (esoterik). Sisi luar agama mencerminkan keragaman ritual, misalnya terkait tata cara ibadah.

Sedangkan sisi dalam terkait nilai-nilai substantif keagaman, antara lain: keadilan, menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan, serta menjunjung hak asasi manusia (HAM). 

"Agama hadir untuk memanusiakan manusia," lanjutnya.

Menurut Menag tidak ada agama yang mengajarkan perselisihan. Semua agama mengajarkan kedamaian dan kasih sayang.

"Karenanya, tidak ada alasan, sebesar apa pun perbedaan yang terjadi  lalu hal itu menyebabkan umat saling merendahkan, bahkan saling meniadakan eksistensi kemanusiaan," kata Lukman.

Hadir dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher mengingatkan bahwa Indonesia tidak perlu diributkan dengan masalah pandangan agama yang berbeda. Sebab, hal itu bagian dari sunnatullah. 

"Agama datang untuk memberi harmoni kehidupan. Agama memberi yang terbaik buat kita untuk mengasah batin," tutur Ali.

Gubernur Kaltara Irianto Lambrie juga mengajak tokoh agama untuk lebih memahami konteks dan tantangan kehidupan agama masa kini.

Irianto mengatakan penting bagi para tokoh agama untuk mengikuti perkembangan zaman agar bisa memberi bekal umat untuk menghadapi tantangan di masa depan.

"Kita saat ini menghadapi disrupsi. Kita sering tidak sadar dan tidak siap menghadapinya. Akibatnya gagal paham dan menimbulkan sesat pikir," ujar Irianto.

"Tokoh agama perlu memahami disrupsi, dan revolusi industri 4.0 sehingga bisa disisipkan dalam ceramahnya. Dengan demikian, umat bisa memahami dan siap menghadapi [perubahan zaman]," tandasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper