Bisnis.com, JAKARTA — Kotak suara menggunakan karton kedap air masih terus menjadi pembahasan pubilk.
Terlepas dari itu semua, Komisi Pemilihan Umum pastikan pemakaian ini sudah lolos dari pembahasan legislatif dan yang paling penting adalah hemat anggaran.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengatakan bahwa karton berjenis duplex atau yang publik sering salah artikan sebagai kardus sudah digunakan sejak pemilu 2015 dan menghemat anggaran 75%.
“Pagu kita ketika merancang anggaran sekitar Rp948 miliar. Kemudian ketika mau pengadaan kita cek lapangan, kita bikin HPS [Harga Perkiraan Sendiri] itu sekitar Rp500 sekian miliar. Kemudian setelah dilelang kebutuhannya hanya Rp298 miliar,” katanya di Gedung KPU, Jakarta, Senin (17/12/2018).
Salah satu penyebab hemat itu jelas Arief dengan menggunakan kotak suara berbahan karton. Sebab, jika menggunakan alumunium harganya tiga kali lipat lebih mahal.
Faktor lain yang bisa membuat bahan ini menjadi lebih murah tambah Arief kotak suara tidak perlu dirakit dahulu dengan menyewa pekerja karena mudah dipasang.
Baca Juga
Kotak suara juga tidak perlu menyediakan ruang penyimpanan. Berdasarkan fakta di lapangan, KPU di daerah tidak semuanya memiliki gudang sehingga kalau barang tidak dipakai maka harus menyewa gudang.
Setelah dihitung-hitung, ternyata biaya simpan dalam jangka waktu lima tahun ini sama saja dengan biaya produksi baru.
“Karena soal kotak suara itu bukan hanya soal biaya produksinya, tapi juga soal biaya distribusi, biaya penyimpanan, biaya perakitan kembali kalau kita masih menggunakan bahan alumnium. Karena kotak suara dengan bahan alumnium itu harus jadi aset,” jelas Arief.
Untuk ketahanan sendiri, Arief menjamin kotak suara berbahan karton ini bisa mengangkat dan menahan beban sampai 70 Kg.