Bisnis.com, JAKARTA – Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman memulai lawatan ke sejumlah negara di jazirah Arab, perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi menyulut kecaman dunia.
Perjalanan ini kemungkinan dirancang untuk menunjukkan pengaruh Putra Mahkota di wilayah itu terlepas dari adanya reaksi atas kematian Khashoggi.
Sebelum perjalanan ke luar negeri itu, Mohammed Bin Salman melakukan tur di dalam negeri dengan ayahnya, Raja Salman, yang bisa jadi dilakukan untuk menunjukkan bahwa kekuasaan sang Pangeran tidak terpengaruh oleh kasus itu.
Dilansir dari Bloomberg, Pangeran Mohammed tiba Uni Emirat Arab pada hari Kamis (22/11/2018), di mana dia bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Bin Zayed, salah satu sekutu kuatnya di wilayah tersebut.
“Senang sekali menyambut tamu kenegaraan kami, saudara Mohammed Bin Salman,” tulis Sheikh Mohammed di Twitter, disertai dengan foto-foto keduanya di sebuah bandara. “Kami bangga dengan ikatan kami yang kuat.”
Dalam perjalanannya, Pangeran Muhammad juga akan bertemu dengan beberapa pemimpin yang mendukung pemerintahan Arab Saudi dalam menghadapi kritik yang di antaranya dilancarkan oleh Erdogan terkait pembunuhan itu.
“Mohammed Bin Salman perlu menopang dukungan regional setelah periode yang sangat sulit, dimana prestise dan kekuasaan kerajaannya telah menerima pukulan serius,” kata Michael Stephens, peneliti RUSI untuk Studi Timur Tengah.
“Tidak diragukan lagi ini akan menjadi langkah pertama dalam serangkaian tindakan untuk menegaskan kembali posisinya di panggung dunia sebagai seorang pemimpin."
Mohammed Bin Salman juga berencana menghadiri KTT G-20 di Argentina akhir bulan ini, menurut televisi Al Arabiya. Kehadiran sang Pangeran di dalam konferensi tingkat tinggi negara-negara yang tergabung dalam Kelompok G-20 itu dipastikan akan dinantikan.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengutarakan keinginannya untuk bertemu dengan Mohammed Bin Salman di pertemuan tersebut, yang juga akan dihadiri oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Pembunuhan Jamal Khashoggi, dikenal dengan kritikannya kepada pemerintah Arab Saudi, oleh sejumlah agen pemerintah di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober telah memicu seruan sanksi dari sejumlah anggota parlemen AS.
Sementara itu, Trump telah bersumpah tidak akan membiarkan kasus pembunuhan tersebut membahayakan hubungan pemerintahannya dengan sang Pangeran, mengingat potensi dampaknya terhadap harga minyak, penjualan senjata, dan upaya untuk menahan pengaruh Iran di Timur Tengah.
Para pejabat Saudi sendiri telah menyatakan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh sejumlah agen dan membantah keterlibatan Putra Mahkota.
Pihak penuntut di kerajaan telah mendakwa 11 orang atas pembunuhan itu, dengan menuduh mereka “mengesampingkan mandat” dalam membunuh Khashoggi. Di antara mereka yang diselidiki adalah seorang ajudan Pangeran. Meski demikian, hingga detik ini masih juga belum diketahui keberadaan jasad Khashoggi.