Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping berencana mengunjungi Korea Utara tahun depan setelah menerima undangan dari Kim Jong-un. Jika terlaksana, Xi akan menjadi pemimpin China pertama yang mengunjungi negara tersebut sejak 2005.
Rencana tersebut dikemukakan Xi pada Sabtu (17/11/2018) saat bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Port Moresby, Papua Nugini. Ia berkata akan 'menyediakan waktu' untuk mengunjungi Korea Utara tahun depan.
Xi menambahkan bahwa China akan melanjutkan peran konstruktif dalam menciptakan perdamaian di semenanjung Korea, ujar juru bicara kantor kepresidenen Korea Selatan setelah pertemuan Xi dan Moon.
Pernyataan Xi keluar bersamaan dengan stagnannya negosiasi antara Pyongyang dan Washington mengenai upaya penghentian program senjata nuklir Korea Utara.
Saat bertemu di Singapura pada Juni lalu, Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim jong-un sepakat untuk bekerja sama mencapai denuklirisasi dan perdamaian di semenanjung Korea. Namun kesepakatan kedua pihak tidak menjelaskan langkah yang jelas dan sejauh ini, negosiasi belum menghasilkan kemajuan berarti.
Dilansir Reuters, kunjungan Xi ke Korea Utara akan menjadi yang pertama sejak Presiden Hu Jintao berkunjung pada 2005. Xi tercatat pernah datang ke Pyongyang pada 2008, namun saat itu ia berperan sebagai wakil presiden.
China merupakan salah satu sekutu utama dan penyokong ekonomi bagi Korea Utara di tengah sanksi internasional yang diterima negara tersebut lantaran mengembangkan senjata nuklir.
Sebagai negara yang telah terlibat hubungan lama dengan Korea Utara, China tampak longgar dalam melayangkan sanksi. Terlebih sejak Korea Utara mulai memperbaiki relasi dengan Amerika Serikat tahun ini.
Meski Korea Selatan menyebut rencana kunjungan tersebut, pihak China sejauh ini belum memberi konfirmasi.
Tahun lalu, Xi pernah mengatakan bahwa situasi di Semenanjung Korea telah mengalami perubahan positif dan kedua Korea telah kembali ke 'jalur yang benar' dalam hal negosiasi.
Ia menyebut kondisi saat itu sangat menentukan dan perlu komunikasi dan koordinasi antara China dan Korea Selatan untuk mencapai denuklirisasi serta perdamaian.
"Kuncinya adalah pihak yang bersangkutan saling bertemu, menunjukkan fleksibilitas, dan mampu berbicara dan untuk mendapatkan hasil," kata Xi saat itu.