Bisnis.com, JAKARTA — Kubu pasangan calon Jokowi-Ma’ruf Amin melihat ada anomali dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019.
Putu Artha, Wakil Direktur Saksi I Tim Kampanye Daerah Jokowi-Ma’ruf Amin menjelaskan bahwa data DPT pada Pemilu 2014 dengan DPT 2019 tidak terpaut jauh.
“Jadi kalau saya mencoba untuk memberikan data secara kronologis dari 2004. DPT Pilpres 2004 itu 150,6 juta. DPT Pilpres 2009 itu 170.636.705 dari 2004 ke 2009 itu naik 17% atau 25 juta,” ujar Putu di Rumah Cemara 19, Jakarta, Jumat (16/11/2018).
Dijelaskan lebih lanjut, DPT pada Pilpres 2014 yang dijelaskan Putu sejumlah 188.268.423 angka tersebut naik 7%, yaitu dari 2009 sampai dengan 2014 yaitu 11, 9 juta.
Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum tersebut melihat sebuah anomali merujuk keputusan KPU Jilid II (Kamis, 15/11/2018), menurutnya, kenaikan DPT 2014 sampai dengan 2019 hanya sejumlah 0,46% atau sebanyak 876.477 DPT.
“Nah, kalau merujuk dari keputusan kemarin. Kemarin itu kan yang final di 28 provinsi , ada 6 provinsi yang ditunda. Itu total angkanya 189.144.900 dengan catatan yang 6 provinsi ini kita anggap final dulu walaupun dilakukan pencermatan. Maka angka 2014 188, 2 juta dibandindingkan 189,1 juta,” jelasnya.
Baca Juga
“Kan ada something wrong, karena 5 tahun ini jumlah pemilihnya juga bertambah, jumlah pemilihnya juga bertambah,” tambahnya.
Putu mendesak Komisi Pemilihan Umum untuk menjelasksan angka yang menurutnya stagnan tersebut, karena menurutnya hal tersebut dapat merugikan pasangan calon nomor urut 01.
“Maka potensi besar itu tim kami akan dirugikan capres kami. Karena itu berarti pemilih-pemilih yang dipinggiran, yang di kepulauan di beberapa tempat itu punya potensi tidak terlayani dengan baik,” pungkasnya.