Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan Presiden 2019 masih terhitung lama. Namun, hembusan 'angin'nya sudah terasa kencang. Seakan-akan, pekan depan, Pilpres itu segera digelar. Berbagai survey atau analisa tentang pesta demokrasi itu, sudah meluncur berulang kali.
Sejauh ini, siapa tokoh yang akan maju ke Pilpres 2019, secara resmi, belum diketahui. Lantaran, pendaftaran resmi, baru digelar Agustus 2018. Namun, nama Presiden RI saat ini, Jokowi dan Capres 2014-2019 Prabowo Subianto, paling kencang dan diperkirakan merekalah yang akan kembali bertarung. Akankah ada calon presiden alternatif atau ketiga?
Di mata para pengamat, sejauh ini, calon ketiga sulit muncul. Kecuali uji materi UU Pemilihan Presiden yang diajukan sejumlah pihak ke Mahkamah Kosntitusi disetujui. Calon presiden, mungkin, akan lebih dari dua, bisa jadi.
Foto-Foto: Bisnis
"Namun, sejauh ini, para pengamat politik mengatakan pada Pilpres 2019, Joko Widodo akan "rematch" dengan Prabowo Subianto. "Ya rematch antara Jokowi dan Prabowo," kata pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Bataona seperti dikutip dari Antara.
Diperkirakan pada pertarungan ulang (rematch) itu calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo pada Pilpres mendatang bakal menentukan kemenangan pasangan ini.
Kekuatan Jokowi dan Prabowo
Kekuatan Prabowo akan sangat bergantung pada calon wakil presiden yang akan mendampinginya dalam Pilpres mendatang.
Jokowi dengan atau tanpa wapres yang moncer sekalipun, tetap magnet untuk sebagian besar pemilih di kantong pasangan Jokowi -JK di Pilpres 2014.
Kantong-kantong Jokowi/JK itu mulai dari Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Sulawesi, dan Papua.
Sebaliknya, Prabowo akan sangat diuntungkan oleh keterpecahan suara dalam Pilgub DKI sehingga bisa saja unggul di Jakarta, Banten, Jawa Barat, sebagian Sumatra, dan NTB.
Namun, tidak menutup kemungkinan di basis-basis Prabowo ini suara Jokowi bisa naik atau lebih banyak dari suara pada Pilpres 2014, bahkan unggul tipis karena persepsi publik soal kinerja.
"Jokowi masih bisa memenangi pertarungan ulang ini apabila tidak ada kejadian luar biasa hingga Pilpres 2019," katanya
Misalnya, tidak ada krisis ekonomi dan tidak ada kasus yang dieksploitasi menjadi isu nasional yang mencekam, seperti Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017.
Jadi, Prabowo tetap lawan kuat Jokowi?
Pengamat politik Universitas Indonesia Ade Reza Haryadi mengakui Prabowo masih menjadi pesaing paling potensial untuk Joko Widodo (Jokowi), sehingga besar kemungkinan Prabowo kembali maju dalam Pilpres 2019. "Harus diakui, hingga hari ini Prabowo masih berada dalam posisi pesaing paling potensial bagi Jokowi dalam Pilpres 2019. Masih besar kemungkinan bagi Prabowo untuk tetap maju sebagai Capres," ujar dia pula.
Perjalanan Singkat Politik Jokowi dan Prabowo Subianto |
Joko Widodo(Jokowi)[PDI-P, PKB, PPP, Partai Golkar, Partai Hanura, Partai Nasdem] | Prabowo Subianto[Partai Gerindra, PAN, PKS, Partai Demokrat (?)] |
- Pilkada Wali Kota Surakarta -Pada pilkada kota Solo pada 2005, Jokowi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon wali kota Surakarta. Dia berhasil memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar 36,62%.
- Pilkada DKI 2012 Jokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI 2012. Karena merupakan kader PDI Perjuangan, Jusuf Kalla meminta dukungan dari Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sementara itu, Prabowo Subianto juga melobi PDI Perjuangan agar bersedia mendukung Jokowi sebagai calon gubernur karena membutuhkan 9 kursi lagi untuk bisa mengajukan Calon Gubernur. Pada saat itu, PDI Perjuangan hampir memilih untuk mendukung Fauzi Bowo dan Jokowi sendiri hampir menolak dicalonkan. Sebagai wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) -- anggota DPR-- dicalonkan mendampingi Jokowi dan pindah ke Gerindra. Golkar sepakat mendukung Alex Noerdin sebagai calon gubernur. -KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil yang baru masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.
Pilpres 2014 - Pada 19 Mei 2014, Jokowi mengumumkan Jusuf Kalla menjadi cawapres. Pengumuman sekaligus deklarasi di Gedung Joeang 45 di Menteng, Jakarta. Pencalonan Capres dan Cawapres didukung PDI-P, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura. -Jokowi-Jusuf Kalla secara resmi mendaftar di KPU. | Pilpres 2004 -Ikut Capres di Konvensi Partai Golkar 2004 -Prabowo memulai kembali karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. -Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Dia kalah suara oleh Wiranto.
Pilpres 2009 -Pada 2008, dia bersama rekannya mengukuhkan pembentukan Partai Gerakan Indonesia Raya. -Lewat jalur perhimpunan, Prabowo merangkul petani, pedagang pasar tradisional, dan kegiatan pencak silat Indonesia. Selama dua periode, ia memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia(HKTI) sejak 2004. -Pada 9 Mei 2008, Partai Gerindra menyatakan keinginannya untuk mencalonkan Prabowo menjadi calon presiden pada Pemilu 2009 saat mereka menyerahkan berkas pendaftaran untuk ikut Pemilu 2009 pada KPU. Namun, setelah proses tawar menawar yang alot, akhirnya Prabowo bersedia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Prabowo dan Megawati menandantangani Perjanjian Batu Tulis - Keduanya mengambil motto 'Mega-Pro'.
Pilpres 2014 -Ikut Pemilihan Presiden 2014 bersama Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa (Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional/PAN) -Pada 17 Maret 2012, Prabowo menerima mandat dari 33 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra untuk maju pada pemilihan presiden 2014. -Pemberian mandat dilakukan di Desa Bojong Koneng, Jawa Barat. |