Bisnis.com, JAKARTA - Polisi pada hari Minggu menelusuri latar belakang pelaku penusukan yang membunuh seorang pria di Paris serta menginvestigasi orang tua dan seorang teman pelaku.
Pelaku berusia 21 tahun tersebut diketahui merupakan warga negara Prancis yang berasal dari Checnya. Sebelum penyerangan ini, pelaku telah masuk dalam daftar pengawasan badan anti-terorisme.
Dilansir Reuters, penyerang berteriak "Allahu akbar" sebelum mulai mengamuk dan melakukan penusukan pada Sabtu. Dia menikam hingga tewas seorang pria berusia 29 tahun dan melukai empat lainnya, di antaranya seorang warga China dan Luksemburg, sebelum polisi menembak mati pelaku.
Sebuah sumber peradilan menyebut penyerang itu sebagai Khamzat A, tanpa memberikan nama lengkapnya, sedangkan TV BFM dan media Prancis lainnya mengatakan nama lengkapnya adalah Kamzat Azimov.
Serangan tersebut terjadi di distrik Opera, yang terkenal dengan banyak restoran, kafe, dan opera Palais Garnier. Ini merupakan serangan terbaru dalam serangan di Prancis sejak Januari 2015 di mana lebih dari 240 orang telah tewas.
Sejak 2016, penyerang ini telah berada dalam daftar pantauan anti-terorisme dari orang-orang yang dicurigai radikal yang mungkin menjadi ancaman bagi keamanan nasional, ungkap juru bicara pemerintah, Benjamin Griveaux.
Penusukan ini kembali mengungkap tantangan yang dihadapi oleh dinas intelijen Eropa yang melacak para ekstremis yang dicurigai dan perlawanan terhadap ancaman militan lokal dan asing.
Prancis telah berpartisipasi dalam koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah, dan ikut campur tangan di Mali untuk menekan mundur pemberontak Islam di negara Afrika Barat tersebut.
ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan hari Sabtu tersbut, tetapi tidak memberikan bukti. Griveaux mengatakan klaim tersebut belum sepenuhnya diverifikasi.
Dalam sebuah video yang diduga disiarkan kantor berita ISIS, Amaq, seorang pemuda yang digambarkan sebagai penyerang tersebut mengucap sumpah setia kepada pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Berbicara dalam bahasa Perancis, wajahnya sebagian besar tertutup oleh tudung hitam dan syal, dia mengatakan "orang kafir" yang memerangi ISIS harus disalahkan. "Anda memulainya dengan membunuh Muslim," katanya.
Namun, badan pengawas intelijen SITE tidak segera mengkonfirmasi identitas pria dalam video tersebut.
Pelaku penusukan itu menjadi warga Perancis ketika ibunya memperoleh kewarganegaraan pada tahun 2010, kata Griveaux dalam wawancara bersama dengan penyiar LCI dan RTL dan surat kabar Le Figaro.
Sementara itu, sumber-sumber peradilan mengatakan orang tua pelaku dan rekannya ditahan untuk diinterogasi
Seorang pejabat lokal terpilih mengatakan kepada Reuters bahwa sekitar 40 hingga 50 keluarga asal Chechnya tinggal di daerah Strasbourg dan tidak banyak bergaul dengan orang lain.