Bisnis.com, JAKARTA—Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta AS mematuhi kesepakatan nuklir dengan Iran. Delegasi Eropa menyatakan Inggris, Prancis dan Jerman hampir rampung merumuskan klausul kesepakatan untuk membujuk Presiden Donald Trump tidak keluar dari kesepakatan tersebut.
Trump menggambarkan kesepakatan pada 2015 yang menyebutkan Iran sepakat membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi sebagai kesepakatan terburuk. Untuk itu, dia mengancam akan membatalkannya dan menjatuhkan sanksi kembali pada bulan depan kalau sekutunya di Eropa tidak setuju untuk memperbaikinya.
Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani menuding AS berupaya melakukan perubahan secara unilateral atas kesepakatan multilateral sebelumnya. Bahkan dia menyebut Trump sebagai seorang “pedagang” yang tidak punya latar belakang pemahaman hubungan internasional.
Rusia, China, Jerman, Inggris dan Prancis telah menandatangani kesepakatan itu dan setuju bahwa paket kesepakatan itu akan mampu menghentikan Iran dari mengembangkan bom nuklir.
Brian Hook, pemimpin delegasi AS bersama tiga negara Eropa berupaya meyakinkan Trump agar tidak mengubah kesepakatan nuklir Iran sebelum diterapkan pada 12 Mei mendatang.
“Kesepakatan ini mungkin tidak akan memuaskan semua pihak,” ujar Macron. "Akan tetapi kita tidak boleh mengabaikannya tanpa punya sesuatu yang substansial dan bahkan lebih substansial sebagai penggantinya. Itulah posisi saya,” ujarnya di depan parlemen AS sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (26/4/2018).
Baca Juga
Sebelum, sepulang dari kunjungannya ke AS, Macron mengaku bahwa Trump akan membatalkan seluruh isi kesepakatan terkait nuklir Iran itu. Trump, ujarnya, menolak hampir semua klausul kesepakatan yang telah ditandatangani oleh Presiden Barack Obama sebelumnya.
“Saya tak tahu seperti apa keputusan AS nantinya. Akan tetapi kelihatannya AS tidak akan mematuhi isi kesepakatan,” ujarnya.