Bisnis.com, JAKARTA – Miguel Diaz-Canel menjadi kandidat tunggal yang akan menggantikan Raul Castro sebagai presiden Kuba. Dia akan menjadi presiden non-Castro pertama di pulau itu sejak revolusi tahun 1959.
Raul Castro, 86 tahun, dijadwalkan mundur pada Kamis setelah 10 tahun berkuasa. Dia mengumumkan rencana pengunduran dirinya beberapa tahun yang lalu dan telah lama mengisyaratkan bahwa Diaz-Canel, pendukung Partai Komunis berusia 57 tahun, sebagai kandidat penggantinya. Raul dengan hati-hati mengelola transisi untuk memastikan keberlanjutan politik.
Langkah transisi pemerintahan ke pemimpin Komunis generasi berikutnya merupakan sebuah sejarah dari negara pulau yang didominasi selama hampir 60 tahun oleh Fidel Castro dan kemudian saudaranya Raul. Namun dalam jangka pendek, tidak mungkin ada perubahan besar pada sistem satu partai atau model ekonomi terpusat ini.
Transisi itu ditanggapi dengan ketidakpedulian oleh rakyat Kuba di jalanan Havana, dengan beberapa orang mengatakan mereka merasa jauh dari politik dan lebih peduli dengan memenuhi kebutuhan dalam peluang ekonomi yang terbatas.
"Kami lebih khawatir tentang kehidupan sehari-hari daripada politik," kata Ricardo Lugone, tahun 28, yang mencari nafkah sebagai penata rambut pribadi, seperti dikutip Reuters.
Diaz-Canel, yang saat ini menjadi wakil presiden pertama, adalah satu-satunya nama yang diajukan oleh komisi yang didukung partai pada hari Rabu. Usulan ini disambut baik anggota parlemen yang kemudian mengadakan pemungutan suara tertutup untuk secara bulat menyetujui proposal dan 30 perjanjian lainnya untuk Dewan negara Kuba.
Baca Juga
Hasilnya diperkirakan akan diumumkan pada hari Kamis (19/4/2018), dan presiden baru akan dilantik.
Meskipun majelis pemerintahan minggu ini mempromosikan para pemimpin pemerintahan yang lebih muda, Raul dan para tetua revolusi lainnya akan mempertahankan kekuasaan yang cukup besar dalam peran mereka sebagai pemimpin tertinggi Partai Komunis setidaknya sampai kongres partai pada 2021.
Pengamat politik mengatakan Diaz-Canel akan diberi tugas menghidupkan kembali ekonomi negara, tetapi tetap membutuhkan persetujuan Raul atas keputusan strategis utama seperti hubungan dengan Amerika Serikat.
Dia diperkirakan akan bergerak hati-hati pada awalnya, sembari berusaha mengkonsolidasikan dukungan di antara partai konservatif meskipun ada keinginan di kalangan anak muda Kuba untuk perkembangan lebih cepat. Dia sangat tidak mungkin menentang peraturan satu partai.
“Diaz-Canel harus meningkatkan kecepatan perubahan di Kuba sambil menjaga hal-hal baik," kata blogger Harold Cardenas, menambahkan bahwa perlawanan dari dalam partai pada reformasi ekonomi Castro telah menahan pertumbuhan negara.