Kabar24.com, JAKARTA--Pemerintahan koalisi Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull kalah dalam survei besar untuk ke-30 kalinya secara berturut-turut.
Kekalahan pada hari ini sekaligus menandakan kekalahan simbolis yang membuatnya semakin tertekan.
Survei Newspoll yang dipublikasikan di surat kabar The Australian menunjukkan koalisi Liberal-Nasional tertinggal dari oposisi Partai Buruh dengan perbandingan 52-48 sebagaimana dikutip Reuters, Senin (9/4). Dalam sistem dua partai, selisih suara itu berarti kekalahan bagi Turnbull.
Meski pemilu Australia masih akan digelar tahun depan, Newspoll menyatakan masa depan Turnbull tidak jelas.
Sudah ada tiga perdana menteri Australia digulingkan oleh partainya sendiri sejak 2010 dan dibuang oleh rekan-rekan setelah popularitasnya menurun.
Sempat sangat populer, Turnbull kehilangan dukungan setelah diterpa sejumlah skandal, termasuk pengunduran diri mantan wakil perdana menteri yang akan punya anak dari mantan sekretaris persnya.
Baca Juga
Selain itu juga ada krisis kelaikan yang membuat pemerintah kehilangan sementara kekuasaan mayoritas di parlemen.
Kebangkitan partai-partai kecil sayap kanan dan sejumlah faksi dari partainya sendiri memaksa Turnbull menerapkan kebijakan konservatif sehingga merusak reputasinya sebagai seorang liberal.
Walau demikian, kabar baiknya, survei yang dilakukan Fairfax/Ipsos dan dipublikasikan The Australian Financial Review pada akhir pekan menunjukkan banyak warga Australia lelah dengan pergantian kepemimpinan.
Sekitar 62% responden menyatakan ingin Turnbull melanjutkan jabatannya sebagai perdana menteri. Selain itu, mantan perdana menteri sekaligus pemimpin partai yang kerap mengkritik Turnbull, Tony Abbott, melontarkan pernyataan yang menenangkan.
"Hal yang ingin saya sampaikan adalah kita jangan terlalu terobsesi dengan survei. Saya tidak pernah. Saya rasa yang lain pun tidak seharusnya begitu," kata Abbott kepada wartawan.
Walau demikian, Abbott mengkritik penolakan pemerintah untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara.
Bisnis pasokan listrik Australia menjadi isu politik besar menyusul serangkaian pemadaman dan peningkatan harga belakangan ini.