Kabar24.com, JAKARTA – Rencana tatap muka langsung antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sepatutnya dibatalkan. Trump dinilai tidak siap menjalani perundingan dengan spekulasi tinggi macam itu.
Menurut Robert Kelly, associate professor di Pusan National University, pertemuan itu terlalu berisiko karena Trump memiliki pengetahuan terbatas tentang politik yang kompleks di Korea Utara.
“Trump tidak tahu banyak hal tentang Korea [Utara]. Tidak banyak yang dibacanya, dia sering menonton televisi, sedangkan posisi staf keamanan nasionalnya sedang kacau balau saat ini,” ujar Kelly, merujuk pada penunjukan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, baru-baru ini.
Sebaliknya, katanya, banyak hal telah dipelajari Korea Utara dalam waktu yang lama. Negara terisolasi ini dinilainya mengetahui setiap detail dan akan siap melakukan perundingan.
“Hal pertama yang akan dilakukan Kim Jong Un dalam perundingan nanti adalah menyampaikan pidato selama 40 menit tentang kejahatan perang AS saat Perang Korea terjadi,” lanjut Kelly, seperti dikutip CNBC.
Jika benar terwujud, dia menyangsikan Trump akan siap duduk manis dan mendengarkan pidato Kim Jun Un tersebut.
Baca Juga
Kedua kepala negara yang sama-sama kontroversial itu dikabarkan akan bertemu sekitar akhir Mei tahun ini. Akan tetapi, perincian tentang tanggal, waktu, lokasi, maupun peserta yang akan menghadirinya belum terungkap hingga saat ini.
Belum jelas pula apakah Bolton, yang menyerukan serangan militer pendahuluan terhadap Korut, akan hadir dalam pertemuan itu.
Michael J. Green, seorang profesor di Georgetown University yang juga bertindak sebagai wakil presiden senior untuk Asia di Center for Strategic and International Studies, berpendapat proses negosiasi dengan Pyongyang penuh dengan jebakan.
“Para pemimpin Korea Utara memiliki pengalaman selama puluhan tahun mencoba memanipulasi rencana yang berkaitan dengan mandat [Dewan Keamanan PBB] dan aliansi AS di Asia. Sejumlah diplomat AS juga demikian, tetapi mereka kemungkinan tidak akan memiliki posisi penting dalam pertemuan itu,” jelas Green.
Di antara tuntutan yang bisa saja disampaikan Kim Jong Un sebagai balasan untuk diskusi tentang denuklirisasi adalah berakhirnya kehadiran militer Amerika di Korea Selatan serta berhentinya latihan militer AS-Korea Selatan.
“Dengan waktu yang tersisa sekitar hanya delapan pekan, artinya Donald Trump harus melakukan banyak hal secara langsung dalam pertemuan itu dan saya ragu ia pernah melakukan sesuatu seperti ini sebelumnya,” ujar Kelly.