Bisnis.com, NEW YORK - Seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan kepada Dewan Keamanan pada Jumat (30/3/2018) situasi di Gaza mungkin memburuk dalam beberapa hari mendatang, dan menyerukan kepada warga sipil terutama anak-anak, agar waspada supaya tidak menjadi sasaran.
Pada Jumat, sedikitnya 16 orang Palestina tewas dan ratusan lainnya terluka oleh pasukan Israel saat menghadang salah satu demonstrasi terbesar di Palestina dalam beberapa tahun terakhir di sepanjang perbatasan Israel-Gaza, kata para pejabat medis Gaza.
"Israel harus menegakkan tanggung jawabnya di bawah hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional. Kekuatan yang mematikan hanya boleh digunakan sebagai upaya terakhir saat setiap kematian yang ditimbulkan diselidiki oleh pihak berwenang dengan benar," kata Deputi Urusan Politik PBB Taye-Brook Zerihoun.
Dewan Keamanan akan melakukan pertemuan tertutup atas permintaan Kuwait. Namun 15 anggota dewan tersebut tidak dapat menyetujui untuk mengeluarkan pernyataan terkait situasi tersebut, kemudian para diplomat mengatakan Kuwait meminta agar pertemuan itu diadakan secara terbuka.
Diplomat AS Walter Miller mengatakan sangat disayangkan bahwa Israel, sekutu dekat AS, tidak dapat mengambil bagian dalam pertemuan hari Jumat karena liburan Paskah.
"Kami sangat sedih dengan hilangnya nyawa manusia pada hari ini. Kami mendesak mereka yang terlibat untuk mengambil langkah-langkah untuk menurunkan ketegangan dan mengurangi risiko bentrokan baru. Aktor jahat yang menggunakan protes sebagai kedok untuk menghasut kekerasan justru membahayakan nyawa yang tidak bersalah," kata Miller kepada dewan.
Baca Juga
Puluhan ribu warga Palestina mendesak pemenuhan hak untuk pulang bagi para pengungsi ke wilayah asal mereka yang kini diduduki Israel, mereka berkumpul di sepanjanga 65 kilometer pagar perbatasan tempat tenda-tenda didirikan untuk aksi protes yang direncanakan berlangsung enam pekan menurut para pejabat setempat.
Sementara itu Israel mengerahkan sebanyak 30.000 personel guna mengatasi demonstrasi tersebut.
Para keluarga membawa anak mereka ke perkemahan yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari barikade keamanan Israel dengan daerah kantung yang dikuasai Hamas.
Pihak militer Israel menyatakan pihaknya hanya menembak orang-orang yang berusaha melakukan sabotase pada pagar pengamanan perbatasan dan membakar ban serta melemparkan batu, sedikitnya dua agen Hamas tewas dalam peristiwa tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, meminta penyelidikan mandiri dan terbuka dilakukan atas bentrokan disertai kekerasan antara pasukan keamanan Israel dan pengunjuk rasa Palestina di Gaza.
Pemimpin PBB itu juga mendesak semua pihak terkait menahan diri dari tindakan yang bisa menyebabkan korban jatuh lebih banyak dan terutama langkah apa pun, yang bisa membahayakan warga, kata juru bicara Guterres Farhan Haq dalam pernyataan.
"Tragedi itu menggarisbawahi kenyataan bahwa upaya perdamaian sudah saatnya dihidupkan kembali untuk mengembalikan perundingan bermakna guna menemukan penyelesaian, yang memungkinkan Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai dan dalam keadaan aman," kata Sekjen.
Setidak-tidaknya, 15 warga Palestina terbunuh oleh tentara-tentara Israel di pagar pembatas di Gaza dan ratusan terluka dalam bentrokan pada Jumat.
Ribuan warga Palestina pada Jumat memulai hari pertama rangkaian "Pawai Besar untuk Kembali", yaitu unjuk rasa satu bulan di sepanjang pagar perbatasan Jalur Gaza dengan Israel. Unjuk rasa itu untuk menuntut pengungsi Palestina, yang dipaksa meninggalkan kota mereka saat perang Arab-Israel pada 1948, dibolehkan kembali.