Kabar24.com, JAKARTA - Presiden Donald Trump berencana mengumumkan sanksi perdagangan atas China secepat-cepatnya pada Kamis (22/3). Washington telah menyusun tarif sekitar US$60 miliar terhadap impor produk-produk asal Negeri Panda.
Pejabat Gedung Putih menyebutkan tarif itu merupakan respons Washington atas aturan kekayaan intelektual Beijing. Adapun, tampaknya tarif baru ini akan memicu aksi pembalasan dari Beijing serta meningkatkan tensi perang dagang.
Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan, sejauh ini belum ada daftar pasti produk yang akan terkena tarif tersebut. Secara garis besar, tarif itu menyasar produk-produk teknologi dan telekomunikasi asal China, tapi kemungkinan masih akan lebih luas lagi.
Selain itu, ada pula upaya yang akan dilakukan Paman Sam untuk melarang investasi asal Negeri Panda memasuki negaranya.
“Besok presiden akan mengumumkan aksi yang akan diambil berdasarkan investigasi berdasarkan Section 301 dari UU Perdagangan 1974, yang mengidentifikasi adanya pencurian properti intelektual milik perusahaan teknologi AS oleh China,” kata Raj Shah, pejabat Gedung Putih dalam pernyataan lewat surat elektronik, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (22/3/2018).
Kebijakan ini merupakan langkah pertama Trump di dalam perdagangan yang langsung menargetkan China. Selama ini, Trump telah menuding China memanipulasi sektor manufaktur AS dan bertanggung jawab atas hilangnya lapangan pekerjaan di Negeri Paman Sam.
Adapun, keputusan ini tetap diambil meskipun telah banyak pembuat kebijakan dan bahkan Managing Director IMF Christine Lagarde memperingatkan bahaya perang dagang yang bisa merusak pemulihan ekonomi global.
Adapun, AS telah menderita defisit perdagangan dengan China sebesar US$375 miliar. Berdasarkan riset, estimasi angka tersebut didapat dari harga barang-barang palsu, software bajakan, dan pencurian atas rahasia perdagangan yang nilainya mencapai setinggi-tingginya US$600 miliar.
Oleh karena itu, Washington telah menekan China untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan AS sebesar US$100 miliar.
Lighthizer pun mengakui bahwa China tampaknya akan membalas dengan menargetkan ekspor agribisnis AS, khususnya kacang kedelai. Jika nantinya memang ada tindakan balasan, lanjutnya, Washington akan bereaksi lagi.
“Langkah yang dapat diambil, setidaknya menurut saya, melakukan sesuatu terhadap tarif atau melakukan sesuatu terhadap investasi, dan mungkin selanjutnya hal-hal lain,” kata Lighthizer yang merupakan pengacara dan veteran negosiator perdagangan, seperti dikutip Reuters, Kamis (22/3).
Meskipun begitu, Lighthizer tetap mengatakan bahwa tidak ada yang memenangkan perang dagang. Pandangan ini membuatnya tidak searah dengan Trump yang mengatakan perang dagang itu bagus sangat mudah dimenangkan.