Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Ternyata Menyimpan & Memproduksi Zat Racun di Inggris

Menlu Inggris Boris Johnson mengatakan Rusia telah menyimpan dan memproduksi racun saraf yang digunakan untuk melumpuhkan mantan agen ganda Rusia di Inggris.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson/Reuters-Neil Hall
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson/Reuters-Neil Hall

Kabar24.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan Rusia telah menyimpan dan memproduksi racun saraf yang digunakan untuk melumpuhkan mantan agen ganda Rusia di Inggris.

Inggris juga telah menyelidiki bagaimana senjata itu bisa digunakan untuk tindakan pembunuhan.

Seorang polisi yang bertugas dan berada di luar restoran saat kejadian telah diamankan untuk dimintai keterangan atas tindakan upaya pembunuhan dengan racun terhadap mantan intelijen Sergei Skripal dan putrinya, Yulia pada 11 Maret lalu.

Inggris menyatakan Rusia menggunakan racun saraf bernama Novichok semasa Uni Soviet untuk menyerang Sergei Skripal dan putrinya. Serangan semacam itu merupakan yang pertama terjadi di wilayah Eropa setelah Perang Dunia II berakhir. tetapi Rusia membantah keterlibatannya.

“Kami sebenarnya punya bukti bahwa selama 10 tahun Rusia tidak saja terpantau mengirim zat saraf untuk tujuan pembunuhan, tetapi juga memproduksi dan menyimpan Novichok,” ujar Johnson pada Minggu (18/3/2018).

Inggris dan Rusia sebelumnya saling usir 23 diplomat akibat serangan zat saraf dan hubungan kedua negara memburuk ke titik terendah setelah era Perang Dingin.

Sejumlah pejabat dari lembaga pengawas bahan kimia akan tiba di Inggris untuk menyelidiki sampel yang digunakan untuk melakukan serangan zat racun itu. Akan tetapi, hasilnya baru bisa diketahi setelah dua pekan, menurut Kementerian Luar Negeri Inggris.

Duta Besar Rusia untuk Uni Eropa Vladimir Chizhov mengatakan bahwa laboratorium riset Inggris bisa saja menjadi sumber diperolehnya zat saraf yang digunakan untuk melakukan serangan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper