Kabar24.com, JAKARTA - Presiden Afganistan Ashraf Gani menyatakan bahwa Kelompok Milisi Taliban akan ikut dalam pembicaraan damai yang dimediasi Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Mengutip keterangan Juru Bicara Wakil Presiden Husain Abdullah, Kamis (1/3/2018), dengan kesediaan Taliban ikut dalam proses pembicaraan damai antar-kelompok yang bertikai di Afganistan, maka diharapkan perdamaian di Bumi Pakhtun dapat terwujud.
Seperti diketahui JK dan rombongan diterima oleh Presiden Afghanistan Ashraf Gani di Istana Delkussa di Kabul, Selasa (27/2/2018) di hari pertama lawatannya. Rombongan itu terdiri dari Komjen Pol. Syafruddin, Prof. Hamid Awaluddin, Profesor Alwi Shihab dan perwakilan Kemlu RI.
Menurut laporan Reuters, Rabu (28/2/2018), Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menawarkan pengakuan kepada Taliban sebagai kelompok politik yang sah sebagai bagian dari proses politik menuju perundingan untuk mengakhiri perang selama lebih dari 16 tahun.
Presiden Ghani mengungkapkan tawaran pada pembukaan konferensi internasional yang bertujuan menciptakan sebuah platform untuk perundingan damai. Tawaran ini menandakan sinyal pemerintah dan Taliban yang menunjukkan kesediaan yang lebih besar untuk mempertimbangkan dialog.
Ghani mengusulkan gencatan senjata dan pelepasan tahanan sebagai bagian dari serangkaian opsi, termasuk pemilihan umum yang melibatkan militan, dan tinjauan konstitusional sebagai bagian dari kesepakatan dengan Taliban untuk mengakhiri konflik.
"Kami membuat penawaran ini tanpa prasyarat untuk menghasilkan sebuah kesepakatan damai," kata Ghani dalam sambutannya pada konferensi Kabul Process, yang dihadiri oleh pejabat dari sekitar 25 negara, termasuk Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, Rabu (28/2/2018).
"Taliban diharapkan memberi masukan untuk proses perdamaian, yang tujuannya adalah untuk menarik Taliban sebagai organisasi menuju ke perundingan damai," lanjutnya, seperti dikutip Reuters.
Komentar tersebut mewakili sebuah perubahan sikap Ghani, yang kerap menyebut Taliban sebagai teroris dan pemberontak, meskipun dia juga menawarkan untuk perundingan.
Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Afghanistan menyambut baik tawaran tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung visi perdamaian melalui dialog intra-Afghanistan.
Taliban, yang berjuang untuk mengembalikan pemerintahan Islam setelah kekalahan mereka di tahun 2001 oleh pasukan pimpinan AS, telah menawarkan untuk memulai pembicaraan dengan Amerika Serikat, namun sejauh ini menolak pembicaraan langsung dengan pemerintah Afghanistan.
Namun, Ghani mengatakan momentum untuk perdamaian dibangun dari negara-negara tetangga yang kian melihat perlunya perdamaian dan kestabilan politik di Afghanistan.
Kantor Politik
Ghani mengatakan kerangka kerja untuk perundingan perdamaian harus dibuat dengan mengakui Taliban sebagai kelompok yang sah dan memiliki kantor politik mereka sendiri untuk menangani perundingan di Kabul atau lokasi lain yang disepakati.
Pejabat Taliban telah mengakui bahwa mereka mendapat tekanan dari negara-negara sahabat untuk menerima pembicaraan dan mengatakan bahwa tawaran untuk berunding dengan AS mencerminkan kekhawatiran bahwa mereka dapat terlihat menghalangi proses perdamaian.
Pihak Taliban tidak segera menanggapi tawaran Ghani tersebut seorang, namun seorang pejabat mengatakan bahwa para pemimpin senior Taliban sedang mempelajari tawaran tersebut.
Ghani mengatakan bahwa proses tersebut akan disertai dengan dukungan diplomatik yang terkoordinasi termasuk upaya global untuk meyakinkan negara tetangga, Pakistan, yang kerap dituduh membantu Taliban, mengenai keuntungan dari perdamaian di Afghanistan.
Sebagai imbalan atas tawaran tersebut, Taliban harus mengakui Pemerintah Afghanistan dan menghormati peraturan undang-undang, termasuk hak perempuan, yang merupakan salah satu prioritas bagi mitra internasional Afghanistan.
Selain itu, tahanan Taliban dapat dibebaskan dan nama mereka dikeluarkan dari daftar hitam internasional, sedangkan pengaturan keamanan dapat dilakukan agar Taliban setuju untuk bergabung dalam proses rekonsiliasi. Mantan tentara dan pengungsi dapat masukkembali ke Afghanistan dan diberi pekerjaan.
Sebelumnya, AS tahun lalu meningkatkan bantuan militernya ke Afghanistan, terutama melalui peningkatan dalam serangan udara, dengan tujuan untuk memecahkan jalan buntu dengan pemberontak dan memaksa mereka ke meja perundingan.
Meskipun militer AS mengatakan bahwa strategi tersebut telah menekan Taliban, mereka tetap mengendalikan atau menyerang sebagian besar negara tersebut dan terus menimbulkan korban jiwa terhadap pasukan Afghanistan.
Tahun lalu, serangan Taliban telah membunuh atau melukai lebih dari 10.000 warga sipil Afghanistan. Mereka juga mengaku bertanggung jawab atas dua serangan besar di Kabul bulan lalu yang menewaskan dan melukai ratusan warga sipil.
Foto-foto : Reuters dan Juru Bicara Wapres Husain Abdullah