Kabar24.com, JAKARTA — Deputi kepala keamanan yang bertugas di sekolah saat terjadi pembantaian 17 siswa di Florida, AS akhirnya mengundurkan diri setelah penyelidikan internal membuktikan dia tidak masuk ke ruang sekolah saat terjadi insiden penembakan massal.
Menurut kepala kepolisian setempat, pria bernama Scot Peterson itu tidak berinisiatif guna menghentikan aksi penembakan oleh seorang siswa sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (23/2/2018). Padahal, Peterson merupakan satu-satunya petugas keamanan yang hadir saat terjadi insiden di Marjory Stoneman Douglas High School tersebut, ujar Kepala Kepolisian Broward County, Scott Israel.
Aksi Peterson pada 14 Februari itu terlihat di video saat terjadi penembakan dengan menggunakan senjata api semi otomatis jenis AR-15. Nikolas Cruz, seorang alumni sekolah tersebut yang menjadi pelaku serangan telah ditahan dengan tuduhan menghilangkan nyawa 17 orang.
Israel mengatakan rekaman video menunjukkan Peterson tiba di gedung tempat terjadinya penembakan tersebut sekitar 90 detik setelah tembakan pertama dilepaskan. Akan tetapi dia tetap tinggal di luar.
“Dia tidak berbuat apa-apa, untuk selama sekitar empat menit. Serangan itu sendiri berlangsung enam menit,” Israel. Ketika ditanya apa yang seharusnya dilakukan Peterson, Israel berkata: "Masuk, hadapi si pembunuh, bunuh si pembunuh itu."
Sebelumnya, Presiden Trump mengatakan bahwa mempersenjatai para guru sekolah dapat mencegah penembakan di sekolah. Usulan itu telah lama diperjuangkan oleh National Rifle Association (NRA), kelompok lobi senjata yang sangat kuat.
Baca Juga
Dalam pernyataan pertama sejak pembantaian tersebut, ketua NRA Wayne LaPierre menuduh para politisi Partai Demokrat dan media 'mengeksploitasi' serangan pekan lalu tersebut.
Wayne LaPierre mengatakan bahwa 'para oportunis' memperalat tragedi tersebut untuk memperluas pengendalian senjata dan menghapuskan hak pemilikan senjata di AS.