Kabar24.com, JAKARTA – Sebanyak 128 negara anggota PBB memilih mendukung resolusi Majelis Umum PBB serta menentang keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dukungan dari negara-negara tersebut seakan menunjukkan sikap tak peduli atas ancaman yang disampaikan sebelumnya oleh Trump maupun melalui Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley.
Trump mengancam akan menghentikan bantuan finansial ke negara-negara yang memilih mendukung rancangan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyerukan agar AS menarik keputusannya mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
“Mereka menerima ratusan juta dolar dan bahkan miliaran dolar, kemudian mereka memberikan suara menentang kami. Kami akan memperhatikan suara-suara itu,” tegas Trump kepada awak media di Gedung Putih pada Rabu (20/12).
Sebelumnya, Nikki Haley memperingatkan bahwa AS akan mencatat pihak manapun yang memberi suara untuk resolusi PBB dalam sidang istimewa darurat Majelis Umum PBB yang digelar Kamis (21/12) waktu setempat.
Mayoritas negara telah memilih mendukung resolusi PBB yang berisi ajakan kepada seluruh negara untuk menahan diri membentuk misi diplomatik di Yerusalem, seperti yang dilakukan oleh AS melalui kebijakan Presiden Donald Trump.
Washington pun terisolasi setelah sejumlah negara aliansi baik dari Barat maupun Arab memilih mendukung resolusi PBB. Padahal negara aliansinya seperti Mesir, Yordania, dan Irak, diketahui merupakan penerima utama bantuan militer atau ekonomi dari AS.
Sementara itu, sejumlah negara yang memilih abstain di antaranya Argentina, Australia, Kanada, Kolombia, Republik Ceko, Hungaria, Meksiko, Filipina, Polandia, Rwanda, Sudan Selatan, dan Uganda.
Adapun, Guatemala, Honduras, Marshall Islands, Micronesia, Nauru, Palau, dan Togo mengikuti kehendak AS dan Israel dan memilih tidak mendukung resolusi tersebut.
Beragam pernyataan dari sejumlah pemimpin dunia muncul selepas proses pengambilan suara. Presiden Turki Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Trump tidak bisa membeli demokrasi Turki dengan dolarnya.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif secara terang-terangan menyatakan tidak mendukung intimidasi yang dilakukan rezim Trump di PBB.
Juru Bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdainah, mengatakan bahwa hasil pemungutan suara itu merupakan kemenangan bagi Palestina.
“Kami akan melanjutkan upaya kami di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan di semua forum internasional untuk mengakhiri pendudukan ini serta untuk membangun negara Palestina kami dengan Yerusalem timur,” tutur Rdainah, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (22/12/2017).
Di sisi lain, Duta Besar Kanada untuk PBB, Marc-Andre Blanchard, mengungkapkan kekecewaan atas resolusi tersebut. "Kami kecewa bahwa resolusi ini sepihak dan tidak memajukan prospek perdamaian yang kami cita-citakan, itulah mengapa kami abstain hari ini."
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Yerusalem akan selalu menjadi ibu kota negara Israel. Meski demikian, ia menghormati penolakan sejumlah negara atas hal tersebut.