Bisnis.com, JAKARTA--Para kreditur meminta Petrochina International Selat Panjiang Ltd. ikut andil dalam membayar utang Petroselat Ltd (dalam pailit).
Petrochina merupakan pemilik saham Petroselat sebesar 45%. Sementata itu sisa saham mayoritas 55% dipegang oleh PT Sugih Energy Tbk.
Kuasa hukum kreditur dari PT Sentosasegara Mulia Shipping dan PT OSCT Indonesia Hendra Setiawan Boen meminta keikutsertaan dan konsen Petrochina terhadap utang Petroselat kepada krediturnya.
Permintaan ini ditujukan langsung kepada Presiden Direktur Petrochina Gong Bencai.
"Kami ingin Petrochina berpartisipasi karena turut memiliki saham di Petroselat. Dan secara finansial, kami yakin Petrochina mampu membayar utang Petroselat," katanya, Kamis (26/10/2017).
Apalagi, Petroselat sudah menyerah tidak bisa membayar utang lantaran tidak memiliki aset. Proyek yang dioperasikan Petroselat di Selat Panjang, Riau adalah milik negara.
Menurut Hendra, upaya Petrochina membantu Petroselat menjadi satu-satunya cara untuk memproteksi kepemilikan sahamnya di Blok Selat Panjang.
Apabila Petroselat dinyatakan insolven, pemerintah Indonesia akan mengambil alih blok Selat Panjang. Pasalnya Petroselat hanya merupakan operator.
Oleh karena itu, kreditur meminta Petrochina menjamin utang dengan jumlah uang, minimal sesuai saham yang dimiliki di Petroselat.
Hendra menilai persetujuan Petrochina terharap permintaan kreditur adalah mutlak agar kepailitan ini mencapai perdamaian.
Apabila Petrochina setuju menyuntikkan dana, kreditur akan meminta hakim pengawas menunda masa insolven Petroselat.
Lagipula, direksi SUGI menyebut Petrochina berencana mengambil alih kepemilikan SUGI di Petroselat 55%.
Hendra juga meminta konfirmasi Petrochina terkait pernyataan direksi SUGI tersebut.
Dia berharap, Petrochina dapat memberikan jawaban paling lambat pada 21 November, pada putusan insolvensi.
Presiden Direktur PT Sugih Energy Tbk Supriyanto mengungkapkan perundingan investor memang sudah merucut ke Petrochina. Meski demikian, dia mengaku belum ada pembahasan yang signifikan antara perusahaan dan investor.
Dia menyatakan membutuhkan waktu untuk berunding dengan investor. Pasalnya, bisnis Petrochina tidak berada di Indonesia sehingga perbedaan negara menjadi satu kendala tersediri.
"Dengan adanya waktu hingga 21 November, kami akan negosiasi secara intensif dengan Petrochina," katanya.
Sebelumnya, dia meminta kepada kreditur untuk diberi waktu negosiasi selama dua bulan. Namun jangka tersebut dinilai terlalu lama.
Supriyanto mengaku SUGI bertemu Petrochina pertama kali sejak 6 Januari 2017. Awalnya, Petrochina tidak menaruh ketertarikan terhadap Petroselat. Hal ini dinilai menjadi tantangan bagi SUGI untuk meyakinkan investor.