Kabar24.com, JAKARTA – KBRI Den Haag mencabut penghargaan atas mahasiswa calon doktor Dwi Hartanto yang tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Technische Universiteit Delft Belanda.
Adapun latar belakang pencabutan itu adalah karena Dwi Hartanto melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya di Belanda.
Dalam klarifikasinya pada Sabtu (7/10/2017), Dwi pun mengklarifikasi berita uang dlansir Detik.com dan Tempo.co. Dwi menulis, terkait pemberitaan di beberapa media massa nasional pada tahun 2015, yang bisa diakses antara lain pada tautan berikut ini:
1. https://news.detik.com/berita/2941242/dari-belanda-putra-indonesia-sukses-ciptakan-wahanamutakhir-luar-angkasa,
2. https://tekno.tempo.co/read/680859/mahasiswa-asal-indonesia-di-belanda-sukses-orbitkan-satelit
Berikut klarifikasi Dwi :
1.Tidak benar bahwa saya adalah kandidat doktor di bidang space technology & rocket development. Saya adalah kandidat doktor di bidang Interactive Intelhgence (Departemen Intelligent Systems) seperti yang dijabarkan di Bab I I.
Baca Juga
2.Tidak benar bahwa saya dan tim telah merancang bangun Satellite Launch Vehicle. Yang benar adalah bahwa saya pernah menjadi anggota dari sebuah tim beranggotakan mahasiswa yang merancang salah satu subsistem embedded flight computer untuk roket Cansat V7s milik DARE (Delft Aerospace Rocket Engineering), yang merupakan bagian dari kegiatan roket mahasiswa di TU
Delft.
3. Proyek ini adalah proyek roket amatir mahasiswa. Proyek ini bukan proyek dari Kementrian Pertahanan Belanda, bukan proyek Pusat Kedirgantaraan dan Antariksa Belanda (NLR), bukan pula proyek Airbus Defence ataupun Dutch Space. Mereka hanya sebagai sponsor-sponsor resmi yang memberikan bimbingan serta dana riset.
4. Tidak benar bahwa pernah ada roket yang bemama TARAVTs (The Apogee Ranger versi 7s). Yang
ada adalah DARE Cansat V7s.