Bisnis.com, JAKARTA—Amerika Serikat dan China sepakat untuk memberlakukan embargo ekspor produk asal Korea Utara melalui sebuah resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Menurut dua orang diplomat DK PBB yang enggan disebut namanya, AS dan China akan memangkas semua ekspor dari Korea Utara yang berupa batu bara, besi, timbal dan produk makanan laut. Kebijakan itu merupakan tanggapan atas serangkaian uji coba rudal balisitik ilegal yang dilakukan oleh Pyongyang selama ini.
Larangan tersebut akan memangkas pendapatan Korea Utara dari sisi ekspor hingga US$1 miliar. Rancangan resolusi baru ini juga akan memasukkan Foreign Trade Bank, sebuah bank milik negara yang bertindak sebagai bank devisa utama Korea Utara, ke daftar sanksi PBB.
Adapun, selain terkait kebijakan ekspor, AS dan China juga akan memberlakukan larangan pembukaan usaha patungan dengan korporasi asal Korea Utara.
Sementara itu, usaha patungan yang melibatkan kedua negara dengan negara yang dimpimoin oleh Kim Jong Un tersebut akan dibatasi operasinya.
Kolaborasi kebijakan antara Washington dan Beijing tersebut diperkirakan tidak akan mendapatkan veto dari anggota DK PBB lainnya. Pasalnya, selama ini sanksi tersebut hanya perlu memerlukan persetujuan dari China yang merupakan mitra dagang utama Korea Utara.
Baik AS dan China dikabarkan telah membahas draf hukuman tersebut selama sebulan, sebelum diserahkan ke DK PBB pada Sabtu (5/8/2017).
Apabila draft resolusi tersebut disetujui oleh DK PBB maka akan menandakan sebuah pergeseran kebijakan yang dilakukan oleh A.S.
Seperti diketahui, selama ini Negeri Paman Sam menolak untuk mengadakan pertemuan DK PBB setelah Korea Utara menguji rudal balistik antarbenua kedua pada akhir Juli lalu.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley pada Juli lalu mengatakan bahwa resolusi DK PBB tidak akan ada gunanya. Dia menilai, resolusi DK PBB yang selama ini diterbitkan tidak tegas dan gagal membendung aksi militer yang agresif dari Pyongyang.
Sementara itu, terkait kebijakan AS dan China ini, para pengamat menilai bahwa kebijakan embargo perdagangan tersebut tidak akan efektif menghalangi program pengembangan rudal balistik Korea Utara.
Mereka menilai, negara tersebut telah berhasil secara pesat meningkatkan kemampuan senjata militernya. Sebaliknya, program pembangunan hulu ledak tersebut akan menjadi alat untuk menekan Washington dan Beijing.
"Sanksi saja tidak akan pernah bisa menyelesaikan situasi ini. Diplomasi yang lebih kreatif sangat dibutuhkan. Solusi jangka panjang hanya bisa dicapai melalui dialog dan negosiasi, " kata Carl Skau, Wakil Duta Besar Swedia untuk PBB, seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (5/8/2017)
Pandangan tersebut didasarkan pada keputusan China pada tahun ini yang menghentikan sementara impor batu bara dari Korea Utara, yang dianggap berdampak kecil pada upaya Pyongyang mengembangkan rudal balistiknya.
Media yang dikendalikan oleh Pemerintah Korea Utara bahkan mengkritik China telah takluk kepada AS.
“China telah bersedia ‘menari’ sesuai irama AS,” tulis media tersebut.