Bisnis.com, JAKARTA -- Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd mengajukan satu permintaan sebelum voting proposal perdamaian Sujaya Group dimulai.
Hari ini, Rabu (12/7/2017), pengurus penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) menggelar pemungutan suara atas proposal perdamaian PT Bintang Jaya Proteina Feedmill dan PT Sinka Sinye Agrotama (Sujaya Group).
Voting ini akan menentukan pailit atau tidaknya perusahaan peternakan di Kalimantan Barat tersebut.
Kuasa hukum HSBC Ltd Swandy Halim memohon adanya pernyataan secara lisan dan tertulis dari investor, Macquarie Capital.
Rencananya, perusahaan asal Hongkong ini akan menyuntikkan dana kepada Sujaya Group (debitur) sebesar US$12 juta sebagai modal awal.
"Sebelum masuk voting, kami sebagai kreditur memohon Macquarie Capital memberikan pernyataan lisan dan tulisan akan mendukung rencana perdamaian debitur hingga akhir," katanya dalam rapat kreditur, Rabu (12/7/2017).
Baca Juga
Hal itu diutarakan lantaran kreditur belum melihat satu surat pun yang menyatakan dukungan investor terhadap debitur. Dia khawatir, investor akan berhenti di tengah jalan setelah kreditur memberikan suaranya dalam voting.
Berdasarkan pantauan Bisnis, pihak Macquarie Capital selalu hadir dalam agenda rapat kreditur. Namun pihak Macquarie memang tidak pernah angkat suara dan tidak menandatangani daftar hadir.
"Macquarie ini adalah aktor utama dalam PKPU Sujaya Group. Jadi kami meminta Macquarie ikut tanda tangan dalam rencana perdamaian," ungkap Swandy.
Seperti diketahui, PT Bintang Jaya Proteina Feedmil dan PT Sinka Sinye Agrotama berstatus PKPU sejak 18 Oktober 2016. Saat itu, HSBC Ltd bertindak selaku pemohon yang telah memberikan fasilitas pinjaman masing-masing senilai Rp622,26 miliar dan Rp62,86 miliar. Adapun total utang debitur mencapai Rp3 triliun.