Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Pertama Ramadan, Kabul Dihantam Bom Bunuh Diri. Puluhan Warga Tewas

Sebuah bom bunuh diri dalam mobil menghantam ibu kota Afghanistan, Kabul, yang menelan banyak korban, termasuk wanita dan anak-anak.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA – Tragedi bom bunuh diri lagi-lagi terjadi. Kali ini sebuah bom bunuh diri dalam mobil menghantam ibu kota Afghanistan, Kabul, yang menelan banyak korban. termasuk wanita dan anak-anak.

Sekitar 80 orang dilaporkan tewas, sedangkan 350 orang lainnya terluka pada Rabu pagi di dekat daerah kantong diplomatik. Ini adalah serangan terburuk di kota terbesar Afghanistan tersebut dalam 10 bulan terakhir.

Menurut Najib Danish, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (31/5/2017), ledakan terjadi sekitar pukul 8.25 pagi waktu setempat. Ledakan bom bunuh diri itu terjadi di daerah Wazir Akbar Khan, sebuah lingkungan sibuk yang menjadi lokasi banyak kedutaan asing dan istana kepresidenan.

Kantor penyedia telekomunikasi terkemuka di Afghanistan, Roshan Telecommunications, juga terkena dampak ledakan tersebut. Tercatat lebih dari 50 kendaraan hancur atau rusak. Jendela-jendela bangunan di dekatnya dikabarkan hancur.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Ismail Kawasi mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan pada pekan pertama Ramadan tersebut dapat meningkat karena banyaknya korban luka berada dalam kondisi kritis.

Sejauh ini, belum ada satu pun kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pemboman tersebut. Kondisi keamanan telah memburuk di Afghanistan, pihak Taliban bangkit kembali untuk menguasai lebih banyak wilayah di seluruh negeri dan militan Negara Islam meningkatkan serangannya.

“Kami menginginkan perdamaian tapi mereka yang membunuh [warga] kami di bulan suci Ramadan tidak menginginkannya. Mereka harus dibinasakan dan ditumbangkan,” tegas Abdullah Abdullah, Kepala Eksekutif Republik Islam Afghanistan dalam sebuah posting di Twitter.

Bulan lalu, Badan pengawas Amerika Serikat menginformasikan bahwa warga sipil yang meninggal mencapai jumlah tertinggi pada tahun lalu.

Sekitar 16 tahun sebelumnya, Presiden George W. Bush pertama kali mengirim pasukan khusus ke negara tersebut untuk menggulingkan rezim Taliban yang melindungi pemimpin al-Qaeda Osama Bin Laden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper