Bisnis.com, JAKARTA - Situasi emosional ibukota Jakarta menjelang putaran kedua Pemilihan Gubernur DKI 2017 --yang menghadirkan dua calon Ahok-Djarot dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno-- pada Rabu (19/4/2017) terasa berbeda dari hari biasa. Seperti bertolak belakang dengan syair lagu Iwan Fals …Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu…
Banyak orang menilai kita akan menjadi orang sangat bodoh jika kemudian ada gangguan pada hal yang mendasar hanya karena dukung mendukung jelang dan setelah Pilgub DKI 2017. Terlalu mahal. Padahal, kedua calon itu, bukanlah sesuatu yang paling terpenting dalam kehidupan warga Jakarta. Bahkan, tidak penting malah, kalau bisa dibilang demikian, jika dibanding perjalanan kehidupan normal warga Jakarta harus lenyap.
Sekalgi lagi, jika mau gampang berpikir, Pilgub DKI 2017 itu --seperti Pilgub atau Pilkada di daerah lainnya-- hal yang biasa. Kegiatan rutin setiap lima tahun sekali. Pilih dia atau mereka? Itu saja. Karena itu, banyaknya seruan dari pemuka agama -yang menempatkan dirinya di luar urusan politik-- agar damai dan fair dikedepankan, bermunculan.
Sejumlah organisasi kemasyarakatan lintas agama, misalnya, Senin (17/4/2017), menyerukan agar Pilkada DKI Jakarta putaran kedua berlangsung damai tanpa konflik yang dapat memicu perpecahan masyarakat.
Para tokoh lintas agama itu, mengajak masyarakat DKI --yang akan mengikuti Pilgub DKI 2017-- menjaga ketertiban dan keamanan Pilkada Jakarta sebelum dan setelah pelaksanaan.
"Mengajak masyarakat menjaga persatuan dan kesatuan di tengah kemajemukan ini," kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj dalam konferensi persnya bersama sejumlah pemimpin ormas lintas agama di Gedung PBNU Jakarta, Senin (17/4/2017).
Baca Juga
Dia mengatakan kumpulan masyarakat sipil ini ingin memperkuat kesejahteraan pendidikan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat masyarakat. "Kami tidak punya kepentingan politik apapun," kata dia.
Tergabung dalam seruan moral ormas lintas agama untuk Pilkada DKI itu di antaranya Pengurua Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Parisada Hindhu Dharma Indonesia (PHDI), Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) dan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI).
Said mengatakan pihaknya bersama-sama dengan ormas lintas agama sepakat mendukung pelaksanaan Pilkada DKI yang damai dan apapun pilihan masyarakat terhadap pasangan calon yang berkompetisi.
"Kami amati beberapa hari ini suasana Pilkada Jakarta memanas. Kita harus menyikapi itu secara bijak," kata dia.
Beberapa butir seruan ormas lintas agama terhadap Pilkada DKI itu di antaranya:
1. Mengajak masyarakat agar tenang, tidak takut dan berpikir jernih dalam menyikapi Pilkada DKI.
2. Setiap unsur masyarakat harus turut menyukseskan Pilkada DKI Jakarta dengan aman dan damai untuk keutuhan NKRI.
3. Ormas lintas agama juga mengajak masyarakat menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada DKI.
4. Warga negara yang baik wajib berpartisipasi dalam pilkada sebagai wujud pengorbanan bagi nusa dan bangsa.
5. Dalam menentukan pilihan harus mengedepankan nilai kebangsaan dan kemajemukan sehingga memberi nilai positif bagi Indonesia berdasar Pancasila dan UUD 1945.
6. Mengajak umat berdoa agar Tuhan agar memberi petunjuk kepada pemimpin sehingga dapat membuat Indonesia maju dan semakin adil, makmur dan beradab.
7. Masyarakat diminta menjaga dan menjamin berlangsungnya masa tenang yang terhindar dari intimidasi dan politisasi agama.