Bisnis.com, JAKARTA - Tak ada pihak --bahkan aturan tertulis-- yang bisa menghalangi seseorang menetapkan dukungan kepada salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam peilihan kepala daerah di satu provinsi atau kabupaten/kota. Bahkan, para kandidat itu pun, tidak mungkin menghalangi orang yang ingin mendukungnya.
Mantan tokoh di Lokalisasi Kalijodo, Daeng Aziz, mendukung pasangan calon nomor tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno? Entahlah. Namun, dalam kampanye mantan Mendikbud, yang diberhentikan oleh Presiden Jokowi di tengah jalan, sosok Aziz itu hadir.
Pada Sabu (8/4/2017), pria asal Jeneponto, Sulawesi Selatan, hadir di Jalan Pemuda Jakagkarsa, Jakarta Selatan. Saat itu tengah digelar kampanye pasangan calon (Paslon) gubernur DKI Anies Baswedan.
Dukungan Daeng Aziz --yang dalam buku Geger Kalijodo, pernah menodongkan pistolnya ke arah Direktur Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti-- ke Paslon Anies-Sandiaga tidak diketahui sejak kapan.
Jika benar, bagi Aziz, yang juga juragan bir, mendukung Paslon Anies-Sandiaga lebih mungkin. Lantaran, langkah penertiban Kalijodo oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, membuat Aziz sangat sulit memilih pasangan nomor dua. Ahok adalah orang yang mengubah kawasan Kalijodo, yang menjadi area usaha Aziz, diubah menjadi taman yang indah.
Baca Juga
Dalam sebuah tulisan di situs Librari UI --judulnya Kehidupan pelacur di pemukiman kumuh liar Kalijodo RW 05 Kelurahan Pejagalan Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara-- Kalijodo adalah sebuah area di sekitar Jalan Kepanduan II,Kelurahan Pejagalan Kecamatan Penjaringan, di sepanjang bantaran timur Banjir Kanal. Secara umum, daerah yang dianggap Kalijodo adalah RT 001, RT 003, RT 004, RT 005 dan RT 006 pada RW 05 Kelurahan Pejagalan.
Daerah ini terkenal sebagai sarang hiburan malam dan prostitusi untuk kelas bawah. Dalam sejarahnya, asal mula Kalijodo itu sendiri sebenarnya merupakan tempat persinggahan etnis Tionghoa yang mencari gundik atau selir.
Ia menjadi terkenal karena sorotan dalam cerita dan film Ca Bau Kan, serta menjadi sasaran penertiban pada masa pemerintahan Gubernur Ahok.
Cau Bau artinya adalah perempuan. Cau Bau ini bisa disamakan dengan Geisha dalam kebudayaan Jepang. Mereka bukan bertujuan untuk melacur, tapi perempuan tersebut menghibur dan mendapatkan uang atas pekerjaannya.