Kabar24.com, SYDNEY - Pemerintah Australia berharap kunjungan PM China, Li Keqiang selama empat hari diharapkan akan membuahkan kesepakatan bilateral terkait ekspor sapi, energi dan keamanan.
Kunjungan ini merupakan yang pertama sejak Li menjabat sebagai Perdana Menteri selama 11 tahun ini.
Selama kunjungannya, Li yang disambut oleh PM Australia Malcolm Turnbull di Canberra, akan bertemu dengan para pemimpin bisnis Australia di forum perdagangan dan menghadiri Rules Football League (AFL) pertandingan Australia di Sydney sebelum menuju Selandia Baru selama dua hari.
Kunjungan itu pun tentu akan dimanfaatkan oleh Australia untuk mengambil keuntungan dari keputusan China yang menangguhkan impor daging dari Brasil selaku eksportir terbesar di dunia daging sapi dan unggas, karena skandal penjualan daging busuk dan salmonella yang tercemar.
Kendati demikian, nampaknya Australia hanya memiliki sedikit peluang untuk meningkatkan ekspor daging dalam dua dekade ini. Hal ini dikarenakan para peternak diminta untuk untuk menyisihkan ternak dalam jumlah yang fantastis menyusul kekeringan yang disebabkan oleh sistem cuaca El Nino yang luar biasa kuat antara tahun 2014 dan 2016.
Daging sapi adalah salah satu ekspor pertanian Australia ke China yang bernilai lebih dari AUD$ 8 miliar atau setara dengan US$6,14 miliar di tahun lalu.
“China harus memberi makan bangsa mereka tapi memiliki 7 persen dari tanah yang subur. Australia adalah merebut kesempatan untuk memberikan berkualitas tinggi, makanan yang aman,” kata Turnbull dalam sebuah pidato di Canberra.
Pendekatan
Sementara, Trump telah menganjurkan agar China melakukan pendekatan pertama ke Amerika, negeri tirai bambu itu malah mengisyaratkan keinginannya untuk memainkan peran yang lebih besar di skala internasional khususnya dalam mempromosikan perdagangan bebas.
Hal itu dipertegas oleh pernyataan Li dalam kunjungannya di Australia.
“Kami percaya bahwa untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan kita perlu terus memperluas perdagangan. Itu adalah solusinya. Kita tidak bisa menutup pintu kami,” kata Li di Canberra.
Li berharap Australia turut mendaftar ke inisiatif New Silk Road China dimana itu secara resmi dikenal dengan istilah OBOR atau One Belt, One Road, yang merupakan kebijakan luar negeri dan ekonomi dari Presiden China Xi Jinping, membayangkan belanja infrastruktur besar-besaran untuk menghubungkan China ke Asia dan seterusnya.