Bisnis.com, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berencana mengadakan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping.
Rencana itu muncul setelah Trump bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yang Jienchi.
Yang menemui Trump setelah dirinya bertemu dengan Pensehat Keamanan Nasional AS H.R McMaster, Jared Kusher menantu Trump dan Kepala Strategi Gedung Putih Steve Bannon.
Seorang pejabat senior bidang administrasi AS mengatakan jika pertemuan tersebut membahas soal kerjasama bilateral antar kedua negara tersebut dan rencana pertemuan Trump dan Presiden China Xi meski belum menetapkan waktunya.
Pejabat itu mengatakan pertemuan dengan Trump berlangsung antara lima sampai tujuh menit.
“Ini adalah kesempatan untuk memulai percakapan itu dan berbicara dengan mereka tentang kepentingan bersama keamanan nasional,” ujar Juru Bicara Gedung Putih Sean Spice, seperti dilansir Reuters pada Senin (27/02/2017) waktu setempat.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China sebagaimana yang dituturkan oleh Yang kepada Trump, bahwa China bersedia untuk meningkatkan pertukaran dengan Amerika Serikat di semua tingkatan, memperluas koordinasi dan kerjasama, dan menghormati kepentingan inti satu sama lain.
“Memastikan pembangunan stabil dan sehat dari China-AS. hubungan yang pasti akan menguntungkan kedua bangsa dan dunia secara keseluruhan,”ujar Kementerian Luar Negeri China.
Seperti yang diketahui, Yang merupakan pejabat China pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak Trump menjabat pada 20 Januari silam.
Kunjungan tersbeut menyusul adanya panggilan telepon antara Yang dan Sekretaris AS Negeri Rex Tillerson pekan lalu, di mana keduanya menegaskan pentingnya hubungan yang konstruktif AS-China.
Rencana mengadakan pertemuan itu dianggap sebagai langkah bagi dua negara dengan eonomi terbesar di dunia untuk menstabilkan hubungannya pasca terpilihnya Trump sebagai Presiden AS.
Sebab, setelah terpilih sebagai Presiden, Trump pernah menuduh China lantaran kebijakan perdagangan yang tidak adil, mengkritik pembangunan pulau di Laut Cina Selatan yang strategis, dan menuduhnya tidak berbuat banyak untuk membatasi Korea Utara.