Kabar24.com,JAKARTA - Sekelompok ilmuan yang melacak pergerakan ulat penghancur hasil pangan yang disebut armyworm (ulat grayak), menyebut bahwa, hewan tersebut saat ini menyebar dengan sangat cepat di seluruh penjuru daratan utama Afrika dan dalam beberapa tahun akan mencapai wilayah tropis Asia dan Mediterania.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Senin (6/2/2017) di Pusat Pertanian dan Biosains Inggris (Britain-based Centre for Agriculture and Biosciences International/CABI) disebutkan, bahwa hama yang sebelumnya tak pernah menyebar keluar Amerika itu diprediksi akan menyebar ke daerah-daerah Afrika yang cocok menjadi habitatnya dalam beberapa tahun ke depan.
Ulat ini menjangkiti tanaman jagung muda, menyerang titik pertumbuhan tanaman pangan tersebut dan kemudian masuk ke dalam tongkol-tongkol jagung.
"Hama ini sepertinya menyebar ke Afrika setelah memasuki fase dewasa atau ketika masih berbentuk telur melalui penerbangan komersial langsung dan sejak saat itu menyebar di Afrika dan mengkontaminasi tanaman pangan yang dihasilkan," sebut Kepala Ilmuan CABI, Matthew Cock seperti dikutip dari Reuters, (6/2/2017).
Di Amerika, ulat grayak yang dikenal sebagai fall armyworm karena kecenderungannya untuk bermigrasi pada musim gugur ini merupakan hewan endemik di bagian Amerika Utara serta Selatan, dan dapat menghancurkan jagung, tanaman pokok yang berperan penting dalam ketahanan pangan di sebagian besar wilayah Afrika.
Para peneliti CABI menemukan bukti keberadaan dua spesies fall armyworm di Ghana untuk pertama kalinya. Mereka saat ini berusahan untuk mengungkap cara migrasi hewan ini hingga ke Afrika, khususnya Ghana serta cara penyebarannya dan bagaimana para petani bisa mengontrolnya dengan cara yang ramah lingkungan.
Kendati pada umumnya ulat grayak ini menyerang tanaman jagung, lebih dari seratus jenis tanaman lain juga diketahui menjadi konsumsi hewan ini yang mengakibatkan kerusakan parah bagi sejumlah tanaman pangan seperti padi, tebu, kubis, bit, dan kedelai.
Cook mengingatkan, bahwa persebaran hewan ini berpotensi menimbulkan kerugian signifikan dan perlu segera ditangani guna membantu petani menemukan cara terbaik untuk mengontrol hama ini.