Kabar24.com, JAKARTA--Semangat nasionalisme diharapkan mampu mengangkat level ekonomi indonesia dari tingkat pendapatan lower middle ke level middle up income country.
Demikian dikatakan oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman saat membuka acara diskusi bertema “Refleksi Kebangsaan” yang diadakan Fraksi PKS di Gedung DPR, Kamis (8/12/2016).
Turut menjadi nara sumber pada acara diskusi itu Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, profesor riset dari LIPI Siti Zuhro serta pakar politik Yudi Latief.
Menurut Sohibul, posisi pendapatan perkapita yang masih di bawah US$7.000 menunjukkan Indonesia masih termasuk pada lower income country.
Masih rendahnya tingkat pendapatan perkapita tersebut menunjukkan Indonesia masih menjadi substruktur ketimbang superstruktur perekonomian dunia, ujarnya.
Pada posisi itu, ujarnya, akan sulit bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan level ekonomi tersebut di tengah kian ketatnya persaingan ekonomi global.
“Di sinilah pentingnya nasionalisme yang kuat yang diharapkan mampu membuat Indonesia keluar dari lower middle income menuju middle up income country,” ujarnya.
Menurutnya, akan sulit diharapkan negara lain akan membantu Indonesia keluar dari jebakan tersebut kecuali Indonesia sendiri yang berupaya untuk memperbaiki taraf kehidupannya melalui semangat nasionalisme.
Nasionalisme yang kuat, ujarnya, juga akan membuat Indonesia mampu menyelesaikan berbagai persoalan dalam negerinya sehingga kemudian mampu mengambil peran yang kuat di tingkat global.
Sementara itu, dalam paparannya, Siti Zuhro mengatakan bahwa salah satu tantangan Indonesia dalam persaingan era global saat ini adalah pentingnya peran kepemimpinan Islam.
Menurutnya, peran penting tokoh Islam sangat diperlukan dalam mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara.
Beberapa dari ciri khas kepemimpuan itu adalah pentingnya keikhlasan, ketegasan serta moralitas yang baik.
Menurutnya, dalam konteks tersebut PKS sebagai salah satu pilar demokrasi harus mengambil peran dalam melahirkan kepemimpian tersebut.
Lebih jauh dia menegaskan bahwa kepemimpinan yang dibutuhakn saat ini adalah kepemimpinan transformatif.
Kepemimpinan transformatif, menurutnya, adalah kepemimpinan yang mampu melahirkan generasi pemimpin yang mampu mengangkat taraf hidup berbangsa setelah Indonesia mengalami tahapan era reformasi ke era demokrasi yang relatif terbuka.