Bisnis.com, BERLIN - Ketika pengungsi mulai tiba di Jerman dalam jumlah besar pada musim panas lalu, banyak politisi dan ekonom "menjamu" mereka sebagai solusi atas kekurangan tenaga kerja terampil di negara itu.
Namun, survei yang dipublikasikan pada Selasa (15/11/2016), menunjukkan bahwa hanya sekitar satu dari delapan orang telah menemukan pekerjaan sejauh ini.
Sekitar 1,1 juta migran telah tiba di Jerman yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar Eropa, sejak awal 2015 lalu. Di antara mereka banyak yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah, Afrika dan tempat lainnya.
Masalah keamanan dan kekhawatiran tentang bagaimana menyatukan jumlah migran yang menembus rekor tersebut, telah meningkatkan dukungan pada gerakan anti-imigran dari Partai Alternatif Jerman (AFD).
Survei mengenai status pekerjaan pengungsi, latar belakang pendidikan dan hal-hal lainnya telah dilakukan oleh departemen penelitian Biro Migrasi dan Pengungsi Federal serta IAB dan juga lembaga penelitian DIW.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa para pengungsi yang tiba pada tahun lalu dan Januari 2016, 13 persennya sudah mendapatkan pekerjaan. Ditemukan juga banyak pendatang baru yang masih dalam proses mendapatkan penilaian atas aplikasi suaka-nya dan memiliki akses yang sangat terbatas ke pasar tenaga kerja.
Herbert Bruecker dari Lembaga Riset Ketenagakerjaan IAB, mengatakan pengalaman menunjukkan sekitar 50 persen dari migran cenderung memiliki pekerjaan setelah tinggal di Jerman selama lima tahun, setidaknya 60 persen setelah 10 tahun dan 70 persen setelah 15 tahun.
Dia mengatakan hal itu mungkin akan terbukti benar pada imigran baru, terutama karena mereka ditawarkan lebih banyak kursus bahasa dan bantuan dari pusat pekerjaan serta orang-orang Jerman daripada di masa lalu.
Namun dia mengatakan para pendatang baru, semula tidak datang untuk bekerja dan tidak dipersiapkan sebaik kelompok lainnya. Pendatang baru dalam jumlah besar juga berarti lebih banyak kompetisi untuk pekerjaan.
Di antara mereka yang tidak bekerja dan tiba di Jerman sejak Januari 2013, mengatakan lebih dari tiga perempat-nya "pasti" ingin pekerjaan dan 15 persen lainnya mengatakan mereka "mungkin" menginginkannya.
Para pengungsi dewasa, 58 persen-nya telah menghabiskan 10 tahun atau lebih untuk bersekolah, dalam pelatihan kejuruan dan universitas sebelum tiba di Jerman, berdasarkan survei yang dibandingkan dengan 88 persen warga Jerman.
Hanya di bawah sepertiga yang mengenyam pendidikan universitas atau sekolah kejuruan, sedangkan 1 dari 10 orang hanya mengenyam sekolah dasar dan sembilan persen-nya tidak pernah bersekolah.
Hampir tiga perempat dari pengungsi yang berusia 18-65 mengatakan mereka memiliki pengalaman kerja sebelum tiba di Jerman, dengan 13 persen yang bekerja di posisi manajerial.
Sekitar 90 persen dari pengungsi tidak bisa berbicara dalam bahasa Jerman saat mereka tiba, yang merupakan batu sandungan utama bagi banyak pengusaha.
Survei menemukan banyak pendatang baru berbagi "nilai-nilai" Jerman, di mana 96 persen-nya setuju harus ada sistem demokrasi dan 92 persen mengatakan hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan adalah bagian dari demokrasi.
Rata-rata, para pengungsi telah menjalin hubungan dengan tiga orang Jerman dan lima orang dari negara asal mereka yang sebelimnya tidak mereka kenal.
Survei ini sendir dilakukan pada 2.349 pengungsi berusia 18 tahun ke atas di antara bulan Juni dan Oktober 2016. Para pengungsi sendiri tiba di Jerman antara 1 Januari 2013 sampai 31 Januari 2016
SURVEI: Hanya 13% Pengungsi Dapatkan Pekerjaan di Jerman
Ketika pengungsi mulai tiba di Jerman dalam jumlah besar pada musim panas lalu, banyak politisi dan ekonom "menjamu" mereka sebagai solusi atas kekurangan tenaga kerja terampil di negara itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
6 jam yang lalu
Prospek Menjanjikan BSI (BRIS) Jadi Bank Emas
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu