Kabar24.com,JAKARTA - Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya memerkirakan, korban predator anak berinisial ABC lewat jaringan medial sosial facebook mencapai 150 orang.
ABC sendiri mengaku baru melakukan perbuatan tidak senonohnya, yakni merayu anak-anak berusia 10-15 tahun untuk mengirimkan foto dan video bugil, serta melakukan percakapan berbau seks via media sosial dan telepon, dengan sepuluh hingga lima belas orang anak.
Namun, berdasarkan hasil penyelidikan terhadap sejumlah barang bukti berupa foto, video, dan salinan percakapan (chatting) di media sosial, Ditreskrimsus menyimpulkan korban ABC telah mencapai sekitar 150 anak.
“Pelaku mengaku ada 10 hingga 15 anak tetapi hasil penelusuran pelaku berkenalan dengan kurang lebih 150 anak yang diduga diperlakukan sama,” kata Kobes Pol Fadil Imran, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Senin (3/10/2016).
Menurut Fadil, pelaku bergerilya mencari korban di media sosial dengan menyamar menggunakan akun facebook korban pertamanya MM. Dalam melakukan aksinya, Pelaku menyeleksi korbannya berdasarkan umur. Pelaku hanya memilih anak perempuan dengan usia 10 hingga 15 tahun tanpa batasan wilayah.
Adapun iming-iming yang diberikan kepada anak-anak perempuan tersebut adalah dengan memuji kecantikan dan menjanjikan bisa membuang seluruh aura negatif mereka agar menjadi lebih cantik dengan syarat anak tersebut mau mengirimkan foto tubuh bagian atas tanpa busana.
Setelah mendapatkan foto tersebut, ABC kemudian meminta korbannya mengirimkan foto bagian intim tubuhnya yang lain dengan alasan aura negatif hanya bisa dihilangkan jika korban sudah menyerahkan foto yang dia mau. Bila korbanya menolak, ABC mengancam akan menyebarkan foto yang sudah dia miliki kepada orang tua dan teman korban.
Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, kejadian ini merupakan dampak negatif dari tsunami teknologi dan informasi yang tidak terbendung di mana anak-anak bebas mengakses konten-konten yang belum seharusnya mereka konsumsi.
Untuk itu, dia menghimbau agar orang tua lebih awas terhadap aktivitas internet anak.
“Kita harap orang tua lebih memperhatian komunikasi anak karena telah terjadi tsunami teknologi dan informatika di mana anak-anak menjadi korban,” katanya