Kabar24.com, MUARA ENIM - Mantan Kabareskrim Susno Duadji berancang-ancang menghadapi pemilihan Gubernur Sumatra Selatan.
Susno mengaku tengah menyiapkan langkah besar dalam percaturan politik di provinsi Sumsel dengan melakukan penawaran dukungan politik partai tanpa mahar.
Hal itu diungkapkan Komjen Pol (Purn) Susno Duadji dalam pertemuan dengan seluruh Relawan Barisan Susno Duadji mewakili 17 kabupaten/kota se-Sumatera Selatan di Muara Enim, Jumat (23/9/2016).
Kabareskrim Polri yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009 itu menegaskan, dirinya saat ini belum bergerak untuk maju dalam bursa pemilihan Kepala Daerah di Provinsi Sumatera Selatan.
Putra kelahiran Pagar Alam Sumatra Selatan, 1 Juli 1954 ini, mengaku siap maju jika masyarakat memintanya tampil dan menjadi sosok perubahan dalam percaturan perpolitikan di Tanah Air dengan mengedepankan penawaran dukungan partai politik tanpa mahar.
Penawaran itu karena jika dalam langkah awal penawaran dukungan partai telah menggunakan mahar, hal ini sama saja mengajarkan langkah politik yang tidak baik kepada rakyat, ucapnya.
Ia menyatakan, menjadi pemimpin harus berbekal niat yang tulus, dan jika dalam penawaran dukungan partai politik tertangkap tangan atau kedapatan meminta mahar ia sendiri akan menangkapnya dan melaporkanya langsung.
Ditambahkan Susno, ia akan mencalonkan jika diminta oleh rakyat.
"Soal penjaringan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur ini tugas partai. Dan kita akan mengubah etika perpolitikan penjaringan calon kandidat tanpa mahar," ujar Susno.
Sementara Koordinator inti relawan Susno Duadji, Benny A Kusbini menambahkan bahwa seluruh relawan di 17 kabupaten dan kota di Sumatera Selatan telah menyatukan visi dan misi untuk mengusung Susno Duadji pada Pilkada Sumsel mendatang.
Pada akhir Desember 2016, deklarasi untuk pengusungan Susno Duadji akan dilakukan, imbuhnya.
Komjen Pol (Purn.) Drs. Susno Duadji, S.H., M.Sc. lahir di Pagar Alam, 1 Juli 1954. Ia menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polri sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kapolda Jawa Barat.
Susno sempat membuat heboh Indonesia dengan kasus Cicak vs Buaya. Ia harus mendekam 3,5 tahun di penjara karena kasus korupsi PT Salmah Arowana Lestari dan korupsi dana pengamanan Pilkada Jawa Barat.
