Bisnis.com, BATON ROUGE, Lousiana - Seorang pria bersenjata menembak tiga polisi hingga tewas dan melukai tiga lainnya di ibu kota negara bagian Lousiana, Baton Rouge, pada Minggu (17/7/2016) pagi.
Insiden itu terjadi hampir dua pekan setelah seorang pria melancarkan penembakan hingga menewaskan lima personel kepolisian Dallas.
Seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat mengungkapkan bahwa si penembak di Baton Rouge adalah seseorang yang pernah menjalankan dinas di Korps Marinir.
Pria itu beberapa menit kemudian membunuh dirinya sendiri dengan tembakan saat kontak senjata dengan para petugas kepolisian yang berdatangan ke lokasi.
Dua personel Kepolisan Baton Rouge dan satu wakil sheriff terbunuh sementara satu deputi sheriff lainnya mengalami luka berat dalam serangan. Serangan itu dikatakan Wali Kota Baton Rouge Kip Holden seperti "penyergapan" terhadap para petugas kepolisian.
Superintenden Kepolisian Negara Bagian Lousiana, Kolonel Mike Edmonson, mengatakan dalam jumpa pers bahwa pria bersenjata tersebut diyakini melakukan aksinya seorang diri.
Pernyataan itu bertentangan dengan laporan-laporan awal bahwa kepolisian sedang mencari kemungkinan ada penembak-penembak lain.
Pihak berwenang tidak menyebutkan nama tersangka penembak.
Namun, seorang pejabat pemerintah AS mengatakan kepada Reuters bahwa si penembak telah diidentifikasi sebagai Gavin Long, yang berasal dari Kansas City, Missouri. Menurut laporan media lain, penembak itu diperkirakan berusia 29 tahun dan berkulit hitam.
Sumber lainnya mengatakan bahwa Gavin Long pernah menjadi anggota Marinir AS. Belum ada keterangan menyangkut catatan dinas Long di Marinir.
CBS News melaporkan bahwa Long adalah personel Marinir yang dikeluarkan secara hormat pada 2010.
Belum ada keterangan apakah penembakan pada Minggu itu memiliki kaitan dengan kericuhan terkait terbunuhnya dua warga kulit hitam oleh polisi pada awal bulan ini.
Warga nahas tersebut, Alton Sterling (37 tahun) tewas di Baton Rouge pada Juli, sementara Philando Castile (32 tahun) meninggal di St. Paul, Minnesota, pada 6 Juli.
Presiden Barack Obama mengutuk serangan Minggu dan menyatakan tekad bahwa hukum akan ditegakkan. Ia mengimbau rakyat Amerika untuk memusatkan perhatian dan tindakan yang mempersatukan negara, bukan yang memecah belah Amerika Serikat.
Obama sedang berupaya untuk menyeimbangkan keprihatinan antara kekerasan yang dilakukan polisi, kebanyakan terhadap warga Amerika keturunan Afrika, dan penghormatan kepada para personel kepolisian yang terbunuh.
Ia pekan lalu menghadiri salah satu rangkaian upacara pemakaman kelima polisi Dallas, yang tewas ditembak seorang mantan prajurit AS berkulit hitam. Prajurit tersebut melancarkan tembakan di tengah berlangsungnya aksi unjuk rasa damai pada 7 Juli untuk mengecam pembunuhan terhadap Sterling dan Castile.
Sang penembak di Dallas, Micah Johnson yang berusia 25 tahun, tewas ketika polisi mengerahkan sebuah robot pembawa bom ke dekatnya.
Gelombang kekerasan itu telah membuat pengamanan di seluruh negeri diperketat, terutama di Cleveland dan Philadelphia.
Clevaland dan Philadelphia akan menjadi tempat penyelenggaraan Konvensi Nasional Partai Republik pekan ini dan Konvensi Nasional Partai Demokrat pekan depan.
Kedua pertemuan akbar itu diperkirakan akan secara resmi menyatakan Donald Trump sebagai calon presiden dari Republik dan Hillary Clinton sebagai calon presiden dari Partai Demokrat.
Teror Terhadap Kepolisian AS Berulang, Tiga Tewas
Seorang pria bersenjata menembak tiga polisi hingga tewas dan melukai tiga lainnya di ibu kota negara bagian Lousiana, Baton Rouge, pada Minggu pagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium