Kabar24.com, JAKARTA - Pasar terlihat merespons positif setelah Theresa May menjadi calon Perdana Menteri Inggris menggantikan David Cameron.
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (12/7/2016) pound sterling menguat 0.6% ke US$1,3078, mulai bangkit dari posisi terendah selama 31 tahun di level US$1,2798 yang terjadi minggu lalu.
Penguatan sterling terjadi seiring dengan rencana pelantikan Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May sebagai Perdana Menteri Inggris menggantikan David Cameron, pada Rabu (13/7/2016).
May akan mengemban tugas sehubungan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, setelah rivalnya, Leadsom, memutuskan untuk keluar dari kontes pemilihan Perdana Menteri.
Meski pengunduran diri Leadsom berarti Inggris tidak perlu mengadakan pemilihan untuk menetapkan perdana menteri barunya, investor masih meragukan pendekatan May untuk negosiasi keluarnya Inggris dari Eropa.
Masashi Murata, ahli strategi mata uang Brown Brothers Harriman di Tokyo menyebut, selama Inggris terus memproses rencana untuk keluar dari Uni Eropa, sterling kemungkinan akan tetap tertekan.
“Kendati ada kemungkinan penguatan sterling secara harian, saya rasa lebih masuk akal untuk memprediksikan bahwa kecenderungan pelemahan akan terus berlanjut dalam jangka menengah hingga jangka panjang,” katanya.