Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemunculan Teman Ahok Kritik bagi Parpol

Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz berpendapat kemunculan kelompok Teman Ahok merupakan bentuk kritik terhadap partai politik.
Suasana sekretariat Teman Ahok yang berlokasi di Pejaten, Jakarta Selatan, Jumat (11/3/16)/Antara
Suasana sekretariat Teman Ahok yang berlokasi di Pejaten, Jakarta Selatan, Jumat (11/3/16)/Antara

Kabar24.com, JAKARTA--Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz berpendapat kemunculan kelompok Teman Ahok merupakan bentuk kritik terhadap partai politik.

Menurut dia, keberhasilan Teman Ahok dalam mengumpulkan satu juta dukungan kepada calon independen Basuki Tjahaja Purnama patut diapresiasi, tutur Masykurudin saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

"Kalau dilihat mereka cuma sekelompok kecil anak muda, tapi bila melihat KTP dukungan yang diperoleh, gerakan ini bisa dibilang besar," pungkasnya.

Berdasarkan pemaparannya, dalam ukuran tertentu partisipasi politik untuk mewujudkan proses seleksi kepemimpinan daerah melalui jalur perseorangan dapat terjadi dan sedang berlangsung.

Melalui kelebihan generasi muda yang lebih erat dengan digitalisasi dan akses informasi, proses pencarian maupun pengumpulan dukungan bisa lebih mudah dilakukan.

Berdasarkan klaim Teman Ahok, dukungan yang telah diperoleh mencapai 1.024.632.

Apabila dikomparasikan dengan perolehan suara PDIP pada pemilu legislatif 2014 yang sebesar 1.231.843, maka selisihnya hanya 207.211 suara.

"Jumlah KTP Ahok mengalahkan perolehan Gerindra sebesar 592.568, PPP sebesar 452.224, PBB sebesar 60.759 dan partai lainnya," tutur Masykurudin menjelaskan.

Kemudian, jika rata-rata harga satu kursi di Jakarta 41.000, maka jumlah KTP Ahok setara dengan 25 kursi di DPRD Jakarta.

Masykurudin berpendapat, capaian dukungan tersebut tentu cukup untuk mengusung pasangan calon sendiri tanpa berkoalisi dengan partai politik.

Berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan Pilkada, alternatif memilih calon yang beragam dari partai politik masih sangat terbatas dan bahkan sulit terwujud.

"Kehendak partai politik dalam pencalonan masih elitis, koalisi yang dibangun juga semata-mata mencari kemenangan. Tidak menyisakan kaderisasi untuk merepresentasikan kepentingan masyarakat lokal," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Rustam Agus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper