Kabar24.com, WASHINGTON— Calon presiden Amerika dari parta Republik melontarkan respon yang sangat agresif terkait penembakan massal di Amerika dan mengklaim bahwa serangan tersebut didalangi oleh IS.
Trump juga menyerukan agar Presiden Barack Obama mundur dari jabatannya dan mengatakan bahwa Hillary Clinton seharusnya keluar dari pencalonan sebagai presiden.
Trump berusaha untuk ambil kesempatan dengan menjadikan serangan tersebut sebagai pencerahan guna menghadapi kampanye yang akan berlangsung pada 8 November nanti.
Pada Minggu (12/6/2016) Trump membual di Twitter dan mengatakan bahwa ia terbukti benar tentang peringatan mengenai terorisme oleh umat Muslim radikal. Padahal, pada saat itu, masih sedikit sekali fakta-fakta yang diketahui tentang serangan di sebuah klub malam gay di Orlando.
“[Saya] mengharagai ucapan selamat atas [pernyataan yang mengatakan saya] benar mengenai terorisme Islam radikal. Saya tidak ingin ucapan selamat. Saya menginginkan ketangguhan dan kewaspadaaan,” cuit Trump di Twitter hanya beberapa jam setelah insiden penembakan seperti dikutip dari Reuters, Senin (13/6/2016).
Trump selama ini memerangi ancaman dari kelompok-kelompok seperi militan Islamis dalam kempanye-kampanye kepresidenannya.
Serangan yang terjadi pada Desember lalu di San Bernardino, California yang menewaskan 14 orang menjadi alasan Trump untuk mengajukan pelarangan sementara bagi umat Muslim untuk memasuki Amerika Serikat. Trump kembali menyinggung usulan tersebut setelah persitiwa penembakan di klub malam gay.
“Yang terjadi di Orlando hanyalah sebuah permulaan. Pemimpin kita lemah dan tidak efektif. Saya menyerukan dan meminta diberlakukannya pelarangan,” tulis Trump di Twitter.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu, Trump sudah langsung membuat kesimpulan sendiri bahwa bahwa serangan di Oralando dilakukan oleh teroris Islam bahkan sebelum pejabat Amerika yang menginvestigasi kasus ini memaparkan fakta-fakta sebenarnya terkait penyerangan.
Militan Islamis yang menguasai daerah Irak dan Suriah mengklaim bertanggungjawab atas serangan ini. Namun, pejabat Amerika sendiri mengatakan bahwa mereka tidak melihat adanya bukti yang mengarah pada keterlibatan grup militan tersebut dalam pembantaian ini.
Pelaku penembakan, Omar Mateen (29 tahun) akhirnya tewas di tangan polisi. Mateen sempat menelepon 911 pada Minggu dan mengatakan bahwa dia mendukung grup militan IS.