Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korea Selatan & UN Command Bentuk Patroli Gabungan Usir Nelayan China

Korea Selatan dan United Nation Command (pasukan militer multinasional) yang mengawasi gencatan senjata Perang Korea mengatakan pihaknya telah memulai operasi gabungan untuk menangkal operasi ilegal kapal nelayan China di lepas pantai barat.
Tentara Korea Selatan berjalan di barikade di chekpoint, Grand Unification Bridge, yang memisahkan Korea Selatan dan korea Utara/Reuters
Tentara Korea Selatan berjalan di barikade di chekpoint, Grand Unification Bridge, yang memisahkan Korea Selatan dan korea Utara/Reuters

Kabar24.com, SEOUL - Korea Selatan dan United Nation Command (pasukan militer multinasional) yang mengawasi gencatan senjata Perang Korea telah memulai operasi gabungan untuk menangkal operasi ilegal kapal nelayan China di lepas pantai barat.

Hal ini dilakukan menyusul keluhan sejumlah nelayan Korea Selatan yang merasa frustasi dengan serbuan kapal nelayan China yang melanggar peringatan penjaga pantai. Para nelayan Korea Selatan kemudian menyita dua kapal pukat China bulan ini dan menyerahkannya kepada pihak berwenang.

Angkatan laut Korea Selatan dan penjaga pantai bergabung dengan UN Commander berpatroli di area sekitar 60 kilometer dari muara Sungai Han.

“Angkatan laut kami, penjaga pantai dan UN Command menyiagakan polisi militer dalam sebuah operasi untuk mengusir kapal nelayan China,” kata pejabat Menteri Pertahanan Korea seperti dikutip dari Reuters, Jumat (10/6/2016).

Di tempat terpisah, Kepala Staf Gabungan mengatakan Korea Utara pun telah diberi tahu atas operasi tim gabungan ini sebagai tindakan pencegahan keamanan

Secara teknis, Korea Utara dan Selatan masih bersitegang karena konflik antara kedua negara yang berlangsung pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.

Lebih dari 10 kapal China terlihat memancing di muara pada Jumat (10/6/2016) yang kemudian melarikan diri ke daerah-daerah dekat pantai Korea Utara setelah Korea Selatan dan UN Commander memulai operasi. Belum ada tanggapan apapun dari Kementerian Luar Negeri China terkait hal ini.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper