Bisnis.com, BEIJING - China berkeinginan untuk memperdalam kerjasama militer dengan Afgahnistan termasuk dalam kerja sama intelijen penanganan anti terorisme dan latihan bersama.
China bekerja sama dengan Pakistan dan Amerika Serikat untuk menengahi pembicaraan damai guna mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung selama 15 tahun di Afganistan. Namun, pada bulan lalu, para militan menolak untuk ambil bagian dalam pembicaraan damai tersebut.
Misi NATO yang dipimpin Amerika Serikat menghentikan operasi tempurnya pada akhir 2014 dan menarik sebagian besar pasukannya. China mengatakan pihaknya tidak berencana untuk mengisi kekosongan sepeninggal pasukan Amerika.
Namun, negara tersebut berjanji untuk memainkan peranan besar dalam pembangunan kembali negara tersebut di mana Taliban berusaha untuk membangun kembali rezim Islamis mereka.
China saat ini sangat khawatir dengan perkembangan militan Islam di wilayah barat jauh Xinjiang di mana pergolakan para pemberontak mendapat dukungan dari Taliban dan kelompok lain dari Afghanistan, Pakistan dan Asia Tengah.
Menurut Kementerian Pertahanan China, Fang Fenghui, anggota Komisi Militer Sentral yang mengontrol angkatan Bersenjata China mengatakan kepada penasihat keamanan nasional presiden Afghanistan Hanif Atmar bahwa hubungan militer negara kedua selalu dalam keadaan baik.
“China berkeinginan untuk mempererat hubungan intelijen anti terorisme, pelatihan militer bersama, pelatihan personil dan hal-hal lain yang berhubungan dengan prektik kerja sama,” kata Fang seperti dikutip dari Reuters, 21/4/2016.
China berencana mengembangkan mekanisme anti terorisme regional untuk bersama-sama melindungi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan di area sekitarnya.